Cerita Emiten DADA Disebut Punya Kantor Toko Kelontong, 70% Saham Dipegang Ritel
PT Diamond Citra Propertindo Tbk (DADA) tengah jadi bulan-bulanan investor. Pasalnya puluhan investor yang kini menggenggam saham perusahaan pengembang properti (developer) itu.
Berdasarkan laporan registrasi pemegang efek 10 November 2025, pengendali perusahaan PT Karya Permata Inovasi Indonesia menggenggam saham DADA sebanyak 2,20 miliar atau sebanyak 29,60%.
Namun, berdasarkan laporan kepemilikan saham oleh direksi maupun komisaris, hanya satu pihak yang tercatat masih menggenggam saham DADA, yakni Komisaris Tjandra Tjokrodiponto. Ia tercatat menggenggam saham DADA sebanyak 35 juta atau 0,47%.
Dengan perhitungan itu, pemegang saham atau investor yang memiliki saham DADA di bawah 5% atau yang “nyangkut” sebanyak 70,40% dengan jumlah saham 5,23 miliar dan jumlah pemegang saham sebanyak 70.489 investor.
Di tengah sorotan besarnya persentase investor ritel di saham DADA, muncul pula protes dari investor. Ramai di media sosial bahwa akun Instagram @parakontrarian membagikan tangkapan Google Street View yang menampilkan lokasi kantor PT Diamond Citra Propertindo Tbk (DADA). Dalam unggahan itu, titik koordinat PT Diamond Citra Propertindo justru merujuk pada sebuah warung kelontong.
Tampilan Google Street View juga memperlihatkan titik kantor DADA berada di deretan warung kelontong di sebuah jalan kecil. Adapun berdasarkan profil perusahaan tercatat yang ada di Bursa Efek Indonesia, lokasi kantor DADA berada di Jl. Palakali Raya, Kec. Kukusan, Kec.Beji, Depok, Jawa Barat.
Merespons isu yang beredar, Direktur DADA Bayu Setiawan, menegaskan bahwa informasi dalam informasi tersebut tidak benar. Ia menjelaskan Dave Apartment merupakan properti yang dikembangkan oleh perseroan sekaligus menjadi lokasi resmi kantor perusahaan.
Kantor PT Diamond Citra Propertindo Tbk berada di area komersial Dave lantai GF, yakni kawasan komersial yang juga dibangun dan dikembangkan oleh DADA.
“Dengan demikian, tidak benar bahwa kantor Perseroan berada di warung kelontong sebagaimana diberitakan,” ucap Bayu dalam keterbukaan informasi BEI, Kamis (20/11).
PT Diamond Citra Propertindo Tbk (DADA) merupakan pengembang properti yang berdiri pada 2005. Perusahaan ini telah membangun 20 proyek residensial, dua kompleks ruko, satu gedung tinggi, dua gedung bertingkat rendah, serta dua proyek low-rise yang sedang dipersiapkan di Depok dan Jakarta.
Beberapa proyek yang pernah dikembangkan antara lain Apple Condovillas, klaster Neo Cyprus, klaster Neo Arcadia, Apartemen Gucii 1, Aparthouse Puri Kemang, Apartemen Dave, Primehome at Pejaten, dan townhouse Vanadium.
Sempat Diisukan Bakal Diakuisisi Vanguard
Sebelumnya beredar rumor bahwa Manajer investasi raksasa asal Amerika Serikat, The Vanguard Group, dikabarkan tengah membidik saham PT Diamond Citra Propertindo Tbk (DADA).
Namun, Vanguard disebut tidak masuk secara langsung, melainkan melalui mitra atau “proxy” regional yang selama ini menjadi strategi andalan mereka. Dalam rumor yang beredar, dua perusahaan properti besar asal Jepang diduga menjadi pintu masuk bagi Vanguard untuk menyalurkan investasinya ke Indonesia.
Rumor tersebut bahkan menyebut Vanguard menargetkan valuasi hingga US$ 100 miliar untuk DADA. Dengan jumlah saham beredar 7,4 miliar lembar, valuasi tersebut setara dengan sekitar US$ 13,5 per saham. Apabila dikonversi ke rupiah, angka ini mencapai sekitar Rp 230 ribu per lembar saham.
Seiring dengan itu saham DADA melonjak hingga 525% secara year to date (ytd). Padahal pada 8 Juli 2025 saham DADA hanya di level Rp 9, kemudian melonjak hingga Rp149 pada 25 September 2025. Kemudian sahamnya mencetak rekor tertinggi di Rp 178 pada 8 Oktober 2025 atau terbang 2.125% secara year to date (ytd).
Namun kini sahamnya merana. Pada perdagangan Kamis (20/11) sahamnya bertengger di Rp 50 dengan kapitalisasi pasarnya Rp 371,58 miliar.
