Bumi Resources (BRMS) Kantongi Pinjaman Bank Rp 10,4 T, Untuk Apa?
PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dan entitas anak usahanya PT Citra Palu Minerals (CPM) meneken fasilitas pinjaman sindikasi jangka panjang dari perbankan senilai US$ 625 juta atau sekitar Rp 10,44 triliun (kurs Rp 16.709 per dolar AS).
Pinjaman ini diperoleh dari Bangkok Bank Public Company Limited, PT Bank Permata Tbk (BNLI), PT Bank Mega Tbk (MEGA) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Chief Financial Officer sekaligus Direktur BRMS Charles Gobel menjelaskan, fasilitas pinjaman terdiri dari dua bagian. Fasilitas bagian pertama, sebesar US$ 425 juta akan digunakan oleh anak usahanya CPM. Sedangkan bagian kedua sebesar US$ 200 juta digunakan untuk kebutuhan BRMS.
Adapun fasilitas sebesar US$ 425 juta akan digunakan CPM untuk tiga kebutuhan utama. Pertama, dana tersebut digunakan untuk menyelesaikan konstruksi tambang emas bawah tanah pada kuartal ketiga 2027 dan meningkatkan kapasitas pabrik pengolahan emas Carbon In Leach (CIL) pertama dari 500 ton menjadi 2.000 ton per hari pada kuartal keempat 2026.
Kedua, fasilitas tersebut akan mendukung kebutuhan modal kerja dan belanja modal CPM. Ketiga, digunakan untuk melunasi pinjaman sebelumnya senilai US$ 120 juta dari Bank Mega.
Adapun fasilitas bagian kedua senilai US$ 200 juta kepada BRMS akan dialokasikan untuk ekspansi tiga anak usahanya. Dana tersebut akan digunakan untuk pembiayaan eksplorasi di tiga entitas, yaitu PT Gorontalo Minerals (GM) untuk meningkatkan sumber daya dan cadangan tembaga, PT Linge Mineral Resources (LMR) untuk memperkuat cadangan emas dan perak di Aceh, serta PT Suma Heksa Sinergi (SHS) untuk eksplorasi lanjutan emas dan perak di Lebak, Banten.
“Fasilitas pinjaman tersebut memiliki jangka waktu 6 tahun (termasuk grace period sekitar 10 bulan). Pinjaman tersebut akan jatuh tempo pada 31 Desember 2031,” kata Charles dalam keterangan resmi dikutip Senin (24/11).
Direktur Utama BRMS Agus Projosasmito mengatakan, pembiayaan ini akan membantu perseroan mencapai tiga sasaran utama. Pertama, pendanaan diperlukan untuk meningkatkan kapasitas pabrik emas CPM di Palu menjadi 2.000 ton per hari yang ditargetkan rampung pada Oktober 2026. Peningkatan kapasitas ini diproyeksikan mendongkrak produksi emas pada kuartal IV 2026.
Kedua, fasilitas pinjaman tersebut akan digunakan untuk penyelesaian konstruksi tambang emas bawah tanah di Palu. Agus mengatakan, tambang tersebut memiliki prospek signifikan dengan kadar emas tinggi sekitar 4,9 gram per ton (g/t), sehingga produksi emas BRMS akan meningkat tajam pada semester II 2027.
Ketiga, dana juga dialokasikan untuk kegiatan pengeboran dan eksplorasi di Gorontalo dalam 18 bulan ke depan. BRMS menargetkan peningkatan cadangan tembaga dan berencana mengumumkan hasil pengeboran tersebut pada semester I 2027.
