Kala Investor Ritel Berburu Saham IPO RLCO: Beli Ratusan, Dijatah Cuma Satu Lot
Gelaran penawaran umum perdana saham atau intial public offering (IPO) PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) mencatatkan kelebihan permintaan atau oversubsribe hingga 948,25 kali. Sejumlah investor ritel yang diwawancara Katadata.co.id mengaku hanya mendapatkan jatah saham satu lot saat penjatahan efek.
Berdasarkan poster Samuel Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek, oversubsribe IPO RLCO merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah dengan pemesanan oleh lebih dari 775.000 SID. Samuel Sekuritas Indonesia bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam proses IPO ini.
RLCO menawarkan saham di batas tertinggi yakni Rp 168 dalam rentang harga Rp 150–168 per saham. Perseroan melepas 625 juta saham atau 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Dengan demikian, perusahaan berpotensi menghimpun dana segar sekitar Rp 105 miliar.
Masa penawaran awal (book building) dijadwalkan berlangsung pada 24–26 November 2025. Adapun masa penawaran umum perdana diperkirakan pada 2–4 Desember 2025. Penjatahan akan dilakukan 4 Desember, distribusi saham secara elektronik pada 5 Desember dan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia diproyeksikan berlangsung pada 8 Desember 2025.
Seorang investor retail, Damara (28) menceritakan, upayanya memborong ratusan lot saham RLCO saat penawaran berlangsung. meski memesan sebanyak 405 lot senilai Rp 6,80 juta, pria kelahiran flores ini hanya dapat membeli satu lot saat penjatahan efek rampung.
“Walau cuma dapat satu lot, engga kapok sih, kenapa harus kapok?” ujar Damara ketika dihubungi Katadata.co.id, Jumat (5/12).
Hal serupa juga dialami Raisyah (25) yang turut mendapatkan jatah satu lot saham RLCO. Ia sempat memesan sebanyak 50 lot atau senilai Rp 840 ribu selama periode penawaran umum.
Raisa melihat prospek industri sarang burung walet sangat menjanjikan dengan nilai ekspor mencapai US$ 551,556 ribu. Menurut dia, saham RLCO lebih sulit diperoleh dibandingkan saat melakukan pemesanan pada IPO emiten-emiten lainnya.
“Susah sih ini, aku pikir meskipun bukan lighthouse company bakalan banyak, taunya susah,” kata Raisyah.
Dalam stream Stockbit Sekuritas, banyak investor yang memperlihatkan kekecewa karena hanya dapat memperoleh satu lot. Salah satunya membagikan tangkapan layar yang menunjukan pemesanan 1.213 lot saham RLCA, tetapi hanya mendapatkan satu lot saat penjatahan
“RLCO kocak. Kapan kaya kalau begini?” demikian tertulis dalam Stockbit.
Salah seorang di laman stream Stocbit bahkan mengaky tak dapat sama sekali meski memesan sebanyak 10 lot.
“Udah nggak usah banyak marah marah ini itu, yang pesen banyak bukan kamu doang. Jangan berpikiran cepat kaya dari IPO mungkin itu positifnya jadi dapet selot selot, jangan cuma aji mumpung. Yang pengen hidup bukan kamu sendiri, belajar berusaha dan menerima,” demikian tertulis dalam Stockbit Stream di RLCO.
Kelebihan permintaan yang dialami saham IPO RLCO melampaui perusahaan mercusuar atau lighthouse company yang sebelumnya sudah tercatat di BEI. Salah satunya PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) pada 9 Juli 2025 yang mencatat oversubscription hingga 563,64 kali.
RLCO dikenal sebagai perusahaan eksportir sarang burung walet yang kini memperluas bisnisnya ke berbagai lini kesehatan dan produk pangan premium.
Berdasarkan prospektus IPO, perseroan memiliki berbagai kegiatan usaha, mulai dari pembibitan dan budidaya burung walet, perdagangan besar daging ayam dan olahannya, budidaya ayam lokal, hingga distribusi produk makanan dan minuman hasil peternakan. Perusahaan membidik segmen kelas menengah ke atas yang terus bertumbuh pesat di Indonesia.
Rencana Usai IPO
Seluruh dana yang dihimpun dari penawaran umum perdana saham (IPO), setelah dikurangi biaya emisi, akan dialokasikan untuk dua kebutuhan utama. Sekitar 56,33% akan digunakan sebagai modal kerja, terutama untuk pembelian bahan baku berupa sarang burung walet.
Sisanya, sekitar 43,67%, akan disetorkan kepada entitas anak, PT Realfood Winta Asia dalam bentuk penyertaan modal yang juga akan digunakan untuk pembelian bahan baku serupa. Perseroan menilai tambahan modal kerja dari IPO diperlukan untuk mengoptimalkan utilitas pabrik yang saat ini masih belum mencapai kapasitas maksimal.
Dengan dana tersebut, perusahaan berharap dapat meningkatkan kapasitas operasional dan produktivitas, yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan pendapatan. Hingga prospektus diterbitkan, perseroan belum menandatangani perjanjian baru dengan pemasok, baik pemasok lama maupun yang baru.
Adapun jika dana hasil IPO tidak mencukupi untuk membiayai rencana penggunaan dana, perseroan membuka kemungkinan menggunakan sumber pendanaan lain, seperti pinjaman pihak ketiga maupun dana internal.
