Sinyal INET Kuasai Jaringan Internet Kalimantan Usai Akuisisi 60% Trans Hybrid

Nur Hana Putri Nabila
15 Desember 2025, 06:40
Internet
PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI)
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Emiten yang bergerak di sektor infrastruktur jaringan PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) kian agresif ekspansi dengan mengakuisisi saham 60% PT Trans Hybrid Communication (THC). Hal ini menjadi penegas ekspansi INET memperluas cakupan layanan.  

Merujuk penjelasan resmi perusahaan, THC merupakan perusahaan asing yang sebagian sahamnya dimiliki pihak Malaysia dan telah berdiri sejak 2006.  Perusahaan ini mengelola berbagai layanan seperti IP Transit, Dedicated Internet, THXIX, IPLC, Managed Relation, Co-Location Server, dan THC Cloud. 

THC juga memiliki jaringan terbesar di Kalimantan Barat, termasuk jalur lintas batas menuju Kuching, Malaysia serta Brunei Darussalam. Kemudian Trans Hybrid juga tercatat memiliki cabang koneksi langsung dari Kuching ke Pulau Kalimantan. Selain itu perusahaan ini juga memegang izin Network Access Provider (NAP) dan telah beroperasi secara internasional.

Akusisi yang dilakukan Sinergi Inti tak bisa dipisahkan dengan ekspansi bisnis yang telah ditorehkan Trans Hybrid. Akankah INET menguasai jaringan di seluruh Kalimantan sekaligus masuk ke Ibu Kota Nusantara (IKN)?

Direktur Utama Sinergi Inti Andalan Prima, Muhammad Arif mengatakan tidak menutup kemungkinan untuk menguasai seluruh jaringan di Kalimantan.

“Semua masuk dalam perencanaan dan kami akan lakukan bertahap apabila ada peluang yang baik,” ungkap Arif ketika dihubungi Katadata.co.id, dikutip Senin (15/12). 

Lebih lanjut, Arif sebelumnya menjelaskan INET kini sudah memiliki jaringan di Singkawang dan Pontianak, dan tengah merencanakan perluasan ke Ketapang serta wilayah tengah Kalimantan Barat. Ia menyebut pengembangan ini sejalan dengan keberadaan pusat jaringan fiber Indonesia dan konektivitas marine cable dari Jakarta–Singapura–Batam–Jakarta.

“Karena rencana kami, kami juga akan mengembangkan lebih luas lagi di Kalimantan Barat, karena ada potensi sekitar 1 juta rumah di sana rencananya,” ucap Arif dalam paparan publik awal Desember 2025. 

Menurutnya, THC memiliki jalur jaringan dari Brunei dan Kuching menuju Kalimantan. Ia mengaku hal ini untuk mengantisipasi lonjakan kebutuhan internet global. Dengan jaringan tersebut, kata Arif, Indonesia tidak lagi bergantung pada satu titik sambungan di sisi barat saja. 

Selain itu ia menyebut jalur THC yang terhubung dari Brunei memiliki upstream berbeda dari rute Singapura. Kedepannya INET bakal menghubungkan hingga ke Pulau Jawa melalui kabel bawah laut sehingga Indonesia dapat memiliki dua sumber internet internasional, satu dari sisi Barat dan satu dari jalur tengah. 

“Sehingga ini juga akan memperkuat tentunya jaringan dari internet dan juga tentunya jadi lebih aman bagi sisi pelanggan ke depannya. Ini kita bicara future-nya dari kenapa kita mengambil Trans Hybrid Communication,” ungkap Arif.

Di samping itu Arif mengatakan seiring proyeksi lonjakan trafik data ke depan, INET juga menyiapkan strategi mitigasi risiko dengan memperbanyak jalur cadangan jaringan. Meski telah memiliki kabel laut, perseroan tetap menggandeng THC sebagai jalur alternatif karena tidak ingin bergantung pada satu rute yang ada.

Adapun untuk jaringan backbone domestik, INET juga menjalin kerja sama strategis dengan salah satu penyedia jaringan besar untuk menjaga keandalan layanan kepada mitra ISP. Dari sisi keamanan siber, perusahaan juga memasang perangkat pendukung keamanan jaringan dan didukung tim internal yang berpengalaman di industri kabel laut nasional.

Adapun dari sisi strategi bisnis, Arif menegaskan INET masih fokus sebagai penyedia infrastruktur jaringan di Indonesia. Ia menilai kebutuhan infrastruktur digital di dalam negeri masih sangat besar sehingga potensi pertumbuhan ke depan masih terbuka lebar.

“Sekalipun ada diversifikasi, itu merupakan layanan turunan yang ujungnya akan lewat infrastruktur sendiri,” ucap Arif.

Di samping itu Arief juga menargetkan total pendapatan perusahaan mencapai Rp 100 miliar hingga akhir 2025.

Siapkan Belanja Modal Jumbo Rp 4,2 Triliun pada 2026

Di sisi lain, Sinergi Inti Andalan Prima (INET) juga menyiapkan belanja modal atau capital expenditure jumbo sebesar Rp 4,2 triliun untuk 2026. Arief mengatakan, kebutuhan dana tersebut akan dipenuhi dari pendanaan internal, yang berasal dari aksi right issue senilai Rp 3,2 triliun serta penerbitan obligasi sebesar Rp 1 triliun.

Lebih lanjut, Arief menjelaskan dana hasil penerbitan obligasi akan digunakan untuk memperkuat infrastruktur sekaligus memperluas diversifikasi jaringan INET, khususnya di wilayah Kalimantan Barat. Perseroan menargetkan surat utang tersebut dapat diterbitkan pada awal 2026.

Sementara itu, dana segar dari rights issue akan digunakan untuk mempercepat ekspansi jaringan Fiber To The Home (FTTH) berkecepatan tinggi berbasis teknologi Wi-Fi 7. Sebagian besar dana, yakni sekitar Rp 2,8 triliun akan disalurkan kepada anak usaha PT Garuda Prima Internetindo (GPI) untuk menambah sekitar 2 juta pelanggan baru di Bali dan Lombok.

Selain itu, sekitar Rp 213,44 miliar dialokasikan untuk melunasi biaya sewa jaringan kabel bawah laut. Adapun sekitar Rp 135 miliar akan digunakan sebagai modal kerja pembangunan jaringan FTTH di Pulau Jawa melalui anak usaha INET. Sisa dana rights issue akan dimanfaatkan untuk pengembangan layanan, aktivitas pemasaran, serta kebutuhan operasional dan biaya overhead lainnya.

Target Harga Saham INET

Di sisi lain, Samuel Sekuritas Indonesia memproyeksikan saham INET berpeluang naik hingga Rp 1.350 per saham dan mencerminkan potensi kenaikan sekitar 74,2% dari harga penutupan terakhir di Rp 775. Dalam riset terbarunya, tim analis Samuel Sekuritas mempertahankan rekomendasi speculative buy. 

Target harga tersebut didorong oleh revisi ke atas terhadap estimasi laba serta kinerja kuat perusahaan pada kuartal III 2025. Target harga itu juga didasarkan pada valuasi EV/EBITDA 2027F sebesar 25 kali. Samuel Sekuritas menilai INET sebagai salah satu operator ISP dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia, seiring meningkatnya kebutuhan internet berkecepatan tinggi untuk bekerja, hiburan, dan kebutuhan rumah tangga. 

Adapun sepanjang sembilan bulan pertama 2025, INET membukukan pendapatan mencapai Rp 68,6 miliar atau tumbuh 190,5% yoy, sementara laba bersih melonjak 818,9% yoy menjadi Rp 19,4 miliar. Angka ini setara 86% dari proyeksi Samuel Sekuritas Indonesia.

Pertumbuhan pendapatan terutama ditopang oleh segmen layanan ISP yang menyumbang Rp 67 miliar, naik 188,4% yoy. Kinerja yang melesat ini juga didorong oleh ekspansi pelanggan PT Solusi Sinergi Digital (WIFI) selaku mitra INET, yang meningkat signifikan dari 220 ribu pelanggan pada Desember 2024 menjadi 1,5 juta pelanggan pada September 2025.

Dengan dukungan ekspansi besar perusahaan, proyeksi laba INET ke depan semakin agresif. Samuel Sekuritas memperkirakan laba perseroan pada 2026 dapat mencapai Rp 257 miliar, tumbuh 849,2% secara tahunan (yoy). 

“Dan untuk tahun 2027 diproyeksikan mencapai Rp 736 miliar atau tumbuh 185,7% yoy,” demikain tertulis dalam riset Samuel Sekuritas. 

Adapun sejumlah risiko tetap perlu dicermati, misalnya potensi keterlambatan ekspansi, realisasi pertumbuhan pelanggan yang tidak sesuai ekspektasi, serta tekanan daya beli. Adapun tahun 2026, Samuel Sekuritas memperkirakan pendapatan INET dapat mencapai Rp 942 miliar atau tumbuh 284% yoy, dengan marjin EBITDA diproyeksikan berada pada kisaran 60–70%.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...