Penjatahan IPO Superbank (SUPA) Tuntas, Ramai Suara Ritel Cuma Dapat 3 Lot Saham

Nur Hana Putri Nabila
16 Desember 2025, 09:23
Tampilan aplikasi Superbank
Superbank
Tampilan aplikasi Superbank
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Ramainya penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO)  PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) atau Superbank bikin investor ritel kompak bernasib sama. Meski sudah menyiapkan dana jutaan rupiah, jatah yang diterima sejumlah investor hanya 3 lot saham.

Adapun Superbank akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (17/12) besok pagi. Saat penjatahan efek rampung, SUPA tercatat kelebihan permintaan atau oversubscribe hingga 318,69 kali dan cetak rekor lantaran diburu lebih dari 1 juta order.

Superbank menetapkan harga pelaksanaan IPO di Rp 635 per lembar saham dengan melepas maksimal 4,40 miliar saham baru atau setara 13% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Setiap saham memiliki nilai nominal Rp 100 dengan potensi dana segar yang dihimpun mencapai Rp 2,79 triliun.

Salah seorang investor yang ikutan euforia SUPA yakni Damara (32), investor asal Jakarta yang gemar membeli saham lewat IPO. Dalam IPO Superbank (SUPA), ia memesan sebanyak 170 lot saham hingga merogoh kocek Rp 10,79 juta. Namun, saat penjatahan rampung, dari pesanan tersebut, Damara hanya mendapatkan 3 lot atau sekitar 1,76%.

“Hahahaha sad,” ucap Damara ketika dihubungi Katadata.co.id, Selasa (16/12).

Lalu Putri (24) membeli 3 lot saham dan ternyata mendapatkan 100% dengan nilai Rp 190.500. Ia sengaja tidak memborong banyak karena mengira hanya akan kebagian 1 lot, seperti pengalaman IPO yang pernah diikutinya sebelumnya.

Demi peluang mendapatkan saham lebih besar di IPO SUPA, Putri akhirnya numpang beli lewat sekuritas milik kakaknya dan mendapatkan 3 lot saham.

“Habis kalau enggak begitu dapatnya dikit terus,” kata Putri.

Sementara itu Ary (30) yang sebenarnya tidak terlalu menyukai membeli saham lewat IPO, mengaku hanya ikut-ikutan saat euforia IPO Superbank. Ia pun membeli 2 lot seharga Rp 127.000 dengan perkiraan tidak akan mendapat jatah. Namun saat distribusi, Ary justru memperoleh 2 lot atau 100%.

“Lumayan lah kirain enggak bakal kebagian,” kata Ary.

Tak hanya itu, Dini (25) juga tak mau ketinggalan, ia menggelontorkan dana Rp 5.715.000 untuk memesan 90 lot saham pada IPO Superbank (SUPA). Namun, seperti investor ritel lainnya, ia hanya mendapatkan 3 lot saham saat penjatahan.

Aturan Penjatahan IPO Superbank

Dalam IPO kali ini, Superbank menggunakan dua model penjatahan yaitu penjatahan pasti dan penjatahan terpusat. Penjatahan pasti atau fixed allotment diberikan kepada partisipan admin yaitu Penjamin Emisi Efek yang selanjutnya menyesuaikan pesanan pemodal. 

Selanjutnya alokasi penjatahan terpusat diberikan kepada investor ritel. Adapun ketentuannya adalah untuk investor penjatahan terpusat ritel dengn nilai pesanan paling banyak Rp 100 juta dan investor penjatahan terpusat selain ritel nilai pesanan lebih dari Rp 100 juta dengan perbandingan 1:2. 

“Dalam hal terjadi kelebihan pemesanan saham pada penjatahan terpusat dengan batasan tertentu, jumlah saham yang dialokasikan untuk penjatahan pasti akan disesuaikan dengan jumlah saham yang tersedia,” tulis SUPA dalam prospektusnya. 

Selanjutnya dalam hal jumlah saham yang dipesan oleh pemodal pada alokasi penjatahan terpusat melebihi jumlah saham yang dialokasikan maka akan dilakukan pembagian rata. Pada penjatahan terpusat ritel dan penjatahan terpusat selain ritel, untuk setiap pemodal dilakukan penjatahan saham terlebih dahulu paling banyak sampai dengan 10 satuan perdagangan atau sesuai pesanannya untuk pemesanan yang kurang dari 10 satuan perdagangan;

Valuasi IPO SUPA 

Dengan harga penawaran Rp 635 per saham, Sucor Sekuritas menilai Superbank memiliki Price to Book Value (PBV) sekitar 2,64 kali. Angka itu menjadi salah satu bank digital dengan valuasi paling rendah dibandingkan kompetitor. 

CEO Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya menyebut tingginya minat investor pada IPO Superbank menjadi sinyal positif bagi pasar modal Indonesia. Menurut dia, tingginya permintaan yang mencerminkan kepercayaan pasar terhadap fundamental serta prospek Superbank. 

Tak hanya itu Bernadus berharap kelebihan permintaan tersebut dapat berdampak positif pada likuiditas perdagangan saham setelah pencatatan, sekaligus menjadi pendorong pengembangan sektor perbankan digital di Indonesia.

“Respons seperti ini menandakan bahwa appetite investor terhadap IPO sektor perbankan digital masih sangat kuat,” kata Bernadus dalam keterangan, Selasa (16/12).

Apalagi sebelumnya ia sempat mengatakan Superbank berada pada level valuasi yang sangat kompetitif. Ia mengaku Superbank adalah salah satu bank digital dengan valuasi termurah di pasar. Menurutnya, SUPA jauh di bawah PBV bank digital seperti Bank Jago (ARTO), Allo Bank Indonesia (BBHI), maupun Bank Aladin Syariah (BANK). 

 “Jika dibandingkan dengan ARTO, BBHI, atau Aladin yang PBV-nya jauh lebih tinggi, maka secara valuasi Superbank berada pada level yang sangat menarik bagi investor,” kata Bernadus.

Bernadus menilai rendahnya valuasi Superbank membuka ruang besar untuk rerating, terutama jika bank mampu mengeksekusi strategi pertumbuhan dan memaksimalkan ekosistem digitalnya. Ia menjelaskan bank digital umumnya diperdagangkan dengan valuasi premium karena prospek pertumbuhannya tinggi, namun Superbank saat ini justru berada pada level konservatif.



Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...