KRAS Siapkan Rp 752,8 Miliar untuk Program PHK Sukarela Karyawan
PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) akan menjalankan program pengunduran diri secara sukarela bagi karyawannya melalui skema golden handshake. Dana kompensasi program PHK sukarela tersebut bersumber dari penyertaan pinjaman PT Danantara Asset Management senilai Rp 752,80 miliar.
Golden handshake merupakan paket kompensasi yang diberikan perusahaan kepada karyawan yang mengundurkan diri atau pensiun dini. Skema ini umumnya mencakup pesangon dalam jumlah besar, tunjangan pensiun tambahan hingga manfaat lain seperti kepesertaan asuransi atau program pengembangan karier.
Merujuk laporan keuangan kuartal ketiga 2025 perseroan, jumlah karyawan Krakatau Steel dan entitas anak tercatat sebanyak 3.878 orang per 30 September 2025. Angka tersebut menurun dibandingkan posisi 31 Desember 2024 yang mencapai 4.087 karyawan.
Dalam laporan yang sama, pada pos arus kas dari aktivitas operasi, perseroan mencatat pengeluaran Pembayaran kepada Karyawan sebesar US$ 57,70 juta atau setara Rp 963,21 miliar. Seiring dengan langkah restrukturisasi dan penyehatan keuangan, perseroan menempuh pengurangan jumlah karyawan secara sukarela untuk menekan beban pengeluaran tersebut.
Krakatau Steel sebelumnyatelah memperoleh persetujuan pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) atas penyertaan pinjaman senilai Rp 4,93 triliun dari PT Danantara Asset Management.
Dana tersebut akan digunakan untuk mendukung proses restrukturisasi sebagai bagian dari upaya penyehatan keuangan perseroan. Nilai pinjaman ini lebih rendah dibandingkan tambahan modal yang sempat diajukan sebelumnya sebesar Rp 8,35 triliun.
Adapun pinjaman tersebut terbagi dalam dua skema. Pertama, pinjaman modal kerja sebesar Rp 4,18 triliun dengan tenor minimal lima tahun. Kedua, pinjaman senilai Rp 752,80 miliar yang dialokasikan untuk pendanaan program pengunduran diri secara sukarela melalui skema golden handshake serta program penyehatan Dana Pensiun Krakatau Steel melalui mekanisme lump sum window dengan tenor minimal enam tahun.
Manajemen menyebut, penyertaan pinjaman ini akan memperkuat likuiditas perseroan sehingga kegiatan operasional dapat berjalan lebih optimal. Dampaknya diharapkan terlihat pada penurunan biaya produksi sekaligus peningkatan daya saing produk baja KRAS.
“Perseroan juga dapat mengoptimalkan volume produksi dan penjualan, yang pada gilirannya berkontribusi terhadap penguatan kemandirian industri baja nasional dan mengurangi ketergantungan industri hilir terhadap baja impor,” tulis manajemen Krakatau Steel dalam keterbukaan informasi BEI,” tulis manajemen Krakatau Steel dalam keterbukaan informasi BEI, Rabu (24/12).
Selain itu, peningkatan penjualan dinilai mendukung pemenuhan ketentuan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada produk turunan baja yang digunakan dalam berbagai proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia. Langkah ini sejalan dengan program prioritas pemerintah dalam percepatan hilirisasi industri.
Adapun penggunaan dana pinjaman difokuskan pada dua kebutuhan utama. Pertama, untuk modal kerja sebesar Rp 4,18 triliun yang akan digunakan membeli bahan baku pabrik Hot Strip Mill (HSM), pabrik cold rolled coil (CRC) serta mendukung pemenuhan bahan baku pabrik pipa. Kedua, untuk program efisiensi melalui pelaksanaan golden handshake dan penyehatan Dana Pensiun Krakatau Steel melalui mekanisme lump sum window senilai Rp 752,80 miliar.
Kinerja Keuangan KRAS hingga Kuartal III 2025
Krakatau Steel mencatat laba bersih US$ 22,17 juta atau setara Rp 370,19 miliar (dengan kurs Rp 16.692 terhadap dolar AS) hingga kuartal ketiga tahun ini. Kondisi ini berbalik dari rugi yang dicatatkan perseroan sebesar US$ 185,22 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Salah satu penyebab KRAS mampu membalikkan rugi menjadi laba adalah adanya pos laba atas penyelesaian kewajiban dipercepat dengan keringanan atas utang restrukturisasi mencapai US$ 156,74 juta.
Adapun perusahaan baja ini membukukan pendapatan usaha sebesar US$ 706,08 juta, naik 7,39% dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 657,52 juta. Pendapatan perseroan berasal dari produk baja lokal sebesar US$ 483,55 juta dan produk baja luar negeri sebesar US$ 40,01 juta.
Pendapatan dari produk nonbaja, terdiri dari sarana infrastruktur sebesar US$ 161,38 juta, rekayasa dan konstruksi sebesar US$ 7,12 juta dan jasa lainnya sebesar US$ 14 juta. Seiring dengan naiknya pendapatan perseroan, KRAS juga mencatatkan kenaikan beban pokok pendapatan dari US$ 593,23 juta menjadi US$ 652,96 juta.
