Hanya 25% Orang Dewasa RI yang Gunakan Ponsel untuk Transaksi Keuangan
Hasil Survei Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) mencatat, hanya sekitar 25% orang dewasa di Indonesia yang dapat melakukan transaksi keuangan melalui telepon seluler (ponsel), seperti mobile banking dan uang elektronik. Pelaku transaksi keuangan yang menggunakan ponsel paling banyak berada pada kelompok usia 25-34 tahun, yakni sebesar 19,1%.
Head Project Manajemen Office SNKI Djauhari Sitorus mengatakan, pertumbuhan peran anak muda dalam teknologi perbankan semakin signifikan pada 2018. “Para anak muda terutama menggemari uang elektronik,” kata Djauhari Sitorus di Jakarta, Kamis (14/11).
Pada akhir tahun lalu, menurut dia, transaksi uang elektronik naik empat kali lipat dibandingkan 2016. Mayoritas atau sekitar 57,6% pemilik uang elektronik menggunakanya secara rutin.
Ia melanjutkan, anak muda cenderung menggunakan uang elektronik berbasis seluler. Secara rinci, 8% dari 1.517 pemuda berusia 15-24 tahun dan 6,9% dari 1.434 pemuda berusia 25-34 tahun menggunakan uang elektronik berbasis seluler.
(Baca: Hampir Setengah Penduduk RI Belum Punya Akun di Lembaga Keuangan)
Presentase tersebut lebih besar dari kelompok usia 24-33 tahun yakni 4,5% dari 1.353 orang dewasa, serta kelompok usia 45-55 tahun dan di atas 55 tahun, yakni masing-masing 2,1% dan 0,4% dari responden survei.
Sejak 2014, kelompok usia 15-24 tahun terus menjadi kelompok yang paling mengetahui beragam merk uang elektronik. Namun, kelompok usia 24-35 tahun tercatat mengalami pertumbuhan penggunaan paling tinggi.
Djauhari mengungkapkan, anak muda saat ini semakin marak menggunakan uang elektronik berbasis seluler terutama berkat perkembangan e-commerce serta online shopping. Meski begitu, dari segi perkotaan dan pedesaan, Djauhari menilai pemanfaatan teknologi perbankan masih berbeda jauh.
(Baca: BI: Ekonomi Syariah Bisa Jadi Obat Defisit Transaksi Berjalan)
“Kalau anak muda di kota, itu tidak hanya menabung, tetapi juga berinvestasi dan mulai melakukan Kredit Pemilikan Rumah. Di desa, pemanfaatannya lebih kepada beli pulsa dan untuk pembayaran atau transfer,” jelas dia.
Dari segi geografi, pengguna uang elektronik berbasis seluler lebih banyak mendiami wilayah urban luar pulau Jawa ketimbang di dalam Pulau Jawa. Namun, pengguna produk asuransi juga secara signifikan lebih banyak berada di daerah perkotaan dan pedesaan di luar Jawa dibanding di Jawa.
Temuan ini, menurut Djauhari, menunjukkan bahwa industri layanan keuangan Indonesia yang sangat dinamis dalam memenuhi berbagai kebutuhan di seluruh Nusantara.