BRI Siap Suntik Rp 1 Triliun untuk Penyertaan Modal ke Finarya
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk siap menyuntikkan modal tambahan senilai Rp 1 triliun kepada anak perusahaannya, PT BRI Ventura Investama. Suntikan modal tambahan itu agar BRI Ventura dapat menjadi pemegang saham di PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) yang merupakan pengelola aplikasi pembayaran pelat merah, LinkAja.
"Tahun ini ada penyertaan modal kepada BRI Ventura, nilainya kurang lebih Rp 1 triliun. Namun, untuk penyertaan ke Finarya tidak sampai sebesar itu (Rp 1 Triliun),” kata Direktur Utama BRI Suprajarto ketika ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (24/4).
Saham Finarya nantinya akan dipegang oleh tujuh Badan Usaha Miliki Negara (BUMN) antara lain, Telkomsel yang memiliki 25% saham. Kemudian Bank Mandiri, BRI, dan BNI masing-masing 20%. Pertamina dan BTN berbagi saham 7%, sedangkan Jiwasraya berkontribusi 1%.
(Baca: BRI Raih Laba Bersih Rp 8,2 Triliun pada Kuartal I 2019)
Suprajarto menilai kepemilikan saham BRI yang sebesar 20% tersebut sudah lebih dari cukup. Bank dengan kode emiten BBRI ini tidak berencana untuk menambah persentase saham mereka di Finarya. "Kalau bisa dikurangi (porsi sahamnya), ya dikurangi," kata Suprajarto yang menilai LinkAja bakal memberikan kontribusi positif pada pembayaran digital mereka.
Sebelumnya, Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Survei dan Konsultan Kementerian BUMN Gatot Trihargo sempat mengatakan, nantinya platform LinkAja akan menggabungkan fitur pembayaran berbasis Quick Response (QR) Code milik bank BUMN. Sejauh ini, baru BRI dan BNI yang sudah memiliki sistem pembayaran tersebut dengan produk mereka yaitu My QR dan Yap!.
Gatot percaya, dengan digabungkannya sistem pembayaran berbasis QR Code milik BUMN, dapat membuat pengelolaan menjadi lebih efisien. "Jadi promosi bareng-bareng, tidak duplikasi. Lebih efisien dari infrastruktur," kata Gatot.
(Baca: LinkAja, Koalisi 7 BUMN Saingi Go-Pay dan OVO)
Peluncuran LinkAja Ditunda
Peluncuran fintech pembayaran pelat merah, LinkAja kembali ditunda dari rencana semula pada 21 April 2019. Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Jasa Konsultasi Kementerian BUMN Gatot Trihargo mengatakan, penundaan itu karena masih ada kendala migrasi dompet elektronik.
Awalnya, LinkAja direncanakan meluncur resmi pada 13 April 2019. Namun, peluncuran ditunda seminggu menjadi 21 April 2019 yang akhirnya kembali diundur. "Kami mau migrasi dompet segala macem, tapi dompet elekrtroniknya belum ada," kata dia di kantornya, Senin lalu.
(Baca: Belum Ada Dompet Elektronik, Peluncuran LinkAja Kembali Ditunda)
Menurut dia, dompet elektronik sedang dalam proses penyusunan. Dompet elektronik tersebut akan saling terhubung (in line), misalnya dompet elektronik milik PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) akan terhubung dengan aplikasi pembayaran BUMN lainnya.
Layanan LinkAja yang akan dihadirkan antara lain fitur pembayaran untuk tagihan seperti listrik, air, dan internet, transaksi di mitra, moda transportasi hingga pembelian di e-commerce. Pengguna juga bisa melakukan transfer uang ke sesama pelanggan dan ke nasabah bank BUMN.
Di bidang transportasi, LinkAja juga bisa digunakan untuk layanan Blue Bird, PT Kereta Api Indonesia (KAI), Trans Semarang, dan Railink. TCash Telkomsel sebelumnya sudah berdiskusi dengan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) untuk kerja sama perihal pembayaran Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line.