Pendapatan Asuransi Jiwa Turun 23% di Semester I-2018
Total pendapatan industri asuransi jiwa sepanjang semester I-2018 tercatat hanya Rp 89,73 triliun. Capaian ini turun 22,9% dibandingkan perolehan pendapatan pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 116,35 triliun. Penurunan ini dipengaruhi kondisi pasar modal yang lesu.
Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim mengatakan menurunnya total pendapatan perusahaan disebabkan oleh menurunnya hasil investasi. Hasil investasi industri tercatat mengalami penurunan pada semester I-2018 sebesar 135,5%, dari Rp 23,52 triliun menjadi minus Rp 8,35 triliun.
"Hal ini disebabkan oleh kondisi pasar modal di awal 2017 yang belum terlalu baik, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang bergejolak pada hasil investasi," kata Hendrisman di kantornya, Jakarta, Senin (27/8).
Meski begitu, dia masih optimistis hingga akhir tahun catatan hasil investasi akan membaik. Mengacu pengalaman sebelumnya, industri asuransi jiwa mampu kembali bangkit dari keterpurukan. Selain itu, penurunan hasil investasi ini sudah diprediksi oleh pelaku industri asuransi jiwa.
(Baca: Pendapatan Asuransi Jiwa Tumbuh 21,7% Tahun Lalu)
Hendrisman memprediksi pelaku industri akan beralih dari investasi di instrumen pasar saham ke instrumen reksadana karena dinilainya lebih aman. Saat ini, pelaku asuransi jiwa menanamkan investasi ke reksadana dengan porsi 33%, sedangkan di saham sebesar 31,6%. Sisanya, 13,8% di Surat Berharga Negara (SBN), 10,6% deposito, 6,9% sukuk koperasi, 1,7% penyertaan langsung, 1,4% di properti seperti bangunan dan tanah, dan 1% di penempatan lain.
Dia memperkirakan hingga akhir tahun ini porsi penempatan dana investasi asuransi jiwa di reksadana akan mencapai 40%, karena banyak yang mengalihkannya dari dari instrumen saham. “Saya kira di reksadana lebih stabil, dan saya juga akan pindah ke reksadana,” ujarnya.
(Baca: Regulasi Dituding Jadi Penghambat Digitalisasi Industri Asuransi)
Di sisi lain, industri asuransi jiwa mencatat pertumbuhan pada pendapatan premi, total klaim dan manfaat, serta jumlah agen berlisensi. Total pendapatan premi naik 5,5% sebagai hasil dari meningkatnya pertumbuhan total premi bisnis baru dan total premi lanjutan, menjadi Rp 93,58 triliun.
Pertumbuhan total pendapatan premi didorong oleh meningkatnya pendapatan premi dari saluran distribusi bancassurance yang meningkat sebesar 9,5% dan berkontribusi sebesar 44,9%. Kemudian dari saluran keagenan mengalami pertumbuhan tertinggi di antara saluran distribusi yang ada sebesar 9,9% dengan kontribusi 39,3%, sementara saluran distribusi alternatif mengalami perlambatan 12,2% dan memiliki kontribusi sebesar 15,9%.
Pertumbuhan bisnis baru ditopang oleh meningkatnya kinerja saluran distribusi keagenan sebesar 27,9% dan saluran bancassurance yang naik 8,5%, dengan masing-masing berkontribusi sebesar 27,5% dan 55,7% terhadap premi bisnis baru.
Pertumbuhan industri ini masih didorong oleh jenis produk asuransi terkait investasi (unit link) yang berkontribusi 59,5% dari total premi, dan 52,4% dari bisnis baru. Sementara itu, produk tradisional berkontribusi 40,5% dari total premi, dan 47,6% dari bisnis baru.
Jumlah investasi, pada kuartal kedua 2018 turut mengalami pertumbuhan sebesar 2,4% menjadi Rp 445,83 triliun. Kenaikan jumlah investasi menjadi kontributor utama dari kenaikan total aset sebesar 1,2% menjadi Rp 499,96 triliun.