DBS Prediksi Nilai Tukar Rupiah Rp 14.600 pada Akhir 2018
Mengawali tahun dengan mulus, beberapa negara di Asia tertekan faktor eksternal yang menjatuhkan nilai tukar mata uang. Nilai tukar rupiah termasuk yang melemah setelah libur panjang Lebaran pada Juni lalu. Saat ini, nilai tukar rupiah berada di kisaran 14.300-14.400-an per dolar Amerika Serikat (AS).
DBS Group yang pada awal 2018 memperkirakan rupiah akan ada di Rp 14.200 per dolar AS hingga akhir tahun pun harus membuat koreksi. “Kami perkirakan pada akhir tahun ini rupiah akan ada di kisaran Rp 14.600 per dolar AS,” kata Maynard Arif, Head Group Research (Indonesia) DBS di Singapura, Kamis (12/7).
Lebih detail, pada kuartal ketiga ini, DBS menaikkan prediksi rupiah menjadi Rp 14.500 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.150 per dolar AS.
Untuk tahun depan, DBS memperkirakan rupiah akan berada di Rp 14.650 per dolar AS di kuartal pertama. Dalam tiga kuartal selanjutnya, rupiah akan melemah masing-masing Rp 50 per dolar. DBS pun merevisi nilai tukar rupiah ini masing-masing Rp 400 lebih tinggi dari prediksi awal.
Sebelumnya, DBS memperkirakan kurs rupiah akan ada di Rp 14.250 per dolar AS di kuartal pertama tahun depan.
Di kuartal kedua, posisi rupiah diperkirakan melemah ke Rp 14.700 per dolar AS. Prediksi ini direvisi dari sebelumnya Rp 14.300 per dolar AS. DBS memperkirakan rupiah akan mencapai Rp 14.750 per dolar AS di kuartal ketiga dan Rp 14.800 per dolar AS di kuartal keempat tahun depan.
(Baca juga: BI Jaga Rupiah, Cadangan Devisa Diramal Turun ke Bawah US$ 120 Miliar)
DBS memperkirakan, suku bunga acuan 7 day reverse repo rate masih akan naik 50 basis poin di kuartal keempat menjadi 5,75% dari 5,25% di kuartal ketiga ini. Sementara Fed Fund Rate diramal berada di 2,50% pada akhir tahun ini, naik 50 basis poin dari 2% pada akhir Juni.
“Kenaikan suku bunga di Indonesia kemungkinan akan menyesuaikan dengan momentum pengumuman The Fed,” kata Joanne Goh, Vice President Group Research DBS.
DBS melihat, usaha-usaha Bank Indonesia (BI) lumayan menghambat rupiah untuk lebih melemah. Apalagi dengan adanya kenaikan suku bunga acuan yang lalu cukup menopang rupiah dan harga-harga dipasar juga termasuk stabil.
Saat ini, DBS belum melihat peluang kenaikan nilai tukar rupiah dengan kondisi dolar AS yang masih menguat. Faktor perang dagang antara AS-Tiongkok masih berlangsung sehingga dampaknya mengenai hampir semua mata uang termasuk rupiah. Selain itu, pada 2019 Indonesia juga akan menghadapi tahun politik, saat semua perhatian tentunya akan tertuju dengan siapa yang akan menjadi presiden.
(Baca juga: Pelemahan Rupiah Dikhawatirkan Ganggu Pertumbuhan Industri dan Ekonomi)