Terjual Rp 31,5 Triliun, Pegawai Swasta Pembeli Terbanyak Sukuk
KATADATA - Upaya pemerintah menggaet dana masyarakat terbilang sukses. Misalnya, Sukuk Negara Ritel seri SR-008 yang dijual pemerintah sejak pertengahan bulan lalu laris manis.
Selama dua pekan, pemerintah memeroleh Rp 31,5 triliun dari menjajakan surat utang syariah ritel ini. Perolehan tersebut naik Rp 1,5 triliun dari target. Dari semua pembeli, pegawai swasta tercatat yang paling banyak memborong. (Baca juga: Investor Dubai Tertarik Sukuk Pemerintah).
Sejak 19 Februari lalu, pemerintah menawarkan SR 008 dengan target indikatif Rp 30 triliun. Namun, dalam masa penawaran, beberapa agen meminta penambahan kuota penjualan. Maka kuotanya pun dinaikkan Rp 1,5 triliun. Dari nilai Rp 31,5 triliun, pegawai swasta menjadi investor yang paling berminat. Setelah itu, wiraswasta dan ibu rumah tangga.
“Pembeli SR008 terbanyak pegawai swasta 26,7 persen dengan nilai pembelian Rp 7,52 triliun. Wiraswasta 25,7 persen,” kata Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Robert Pakpahan saat konferensi pers penjatahan Sukuk Negara Ritel seri SR-008 di kantornya, Jakarta, Senin, 7 Maret 2016.
Namun, dari sisi nilai, yang paling tinggi justru wiraswasta yang mencapai 34,4 persen. Diikuti oleh pegawai swasta, ibu rumah tangga, dan pegawai Badan Usaha Milik Negara atau Daerah masing-masing 24 persen, 12,3 persen, dan 10,6 persen. Mayoritas investor berasal dari DKI Jakarta yakni 34,2 persen, begitu juga dengan nilainya 38,5 persen.
Dalam kategori umur -secara nominal atau jumlah- investor berusia di atas 55 tahun merupakan yang tertinggi. Nilainya mencapai 42 persen dengan jumlah pembeli 36 persen. Usia 41 hingga 55 tahun, nilai pembeliannya mencapai 35,5 persen. Sedangkan usia 25 hingga 40 tahun mencapai 20,1 persen, dan di bawah 25 tahun hanya 2,4 persen. (Lihat pula: Menteri Keuangan Perkuat Peran Ekonomi Syariah).
Sukuk ritel ini diterbitkan pada 10 Maret 2016 dengan tenor tiga tahun. Imbal hasil yang ditawarkan 8,3 persen. Selama masa penawaran, jumlah investor tercatat 48.444 dengan rata-rata penjatahan Rp 650 juta per investor. Agen penjualnya terdiri dari 20 bank dan enam perusahaan efek.
Bank yang dimaksud yakni Citibank, Bank ANZ Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, BRI Syariah, dan Bank Central Asia. Lalu ada Bank CIMB Niaga, Bank Danamon Indonesia, DBS Indonesia, Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bank Maybank Indonesia, Bank Mega, serta Bank Muamalat Indonesia. Selain itu Bank Negara Indonesia, Bak OCBC NISP, Bank Panin, Bank Permata, Bank Tabungan Negara, Standard Chartered, the Hongkong and Shanghai Banking Corporation.
Adapun perusahaan efek yang menjajakan sukuk ini yakni Bahana Sekuritas, Danareksa Sekuritas, Mega Capital Indonesia, MNC Sekuritas, Sucorinvest Central Gani, dan Trimegah Sekuritas.