Mengapa BRI Selalu Untung Paling Besar
KATADATA ? Untuk ketujuh kalinya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk menobatkan diri sebagai bank yang mampu membukukan keuntungan terbesar dibandingkan bank-bank nasional lainnya. Bahkan, BRI mampu meraup laba bersih jauh melebihi bank-bank besar lainnya.
?Kami ingin mempertahankan kinerja keuangan dan menjadi bank terbesar dari sisi rasio penyaluran kredit dan laba bersih,? ujar Direktur Keuangan BRI, Achmad Baiquni di Jakarta, Selasa (30/7).
Pada semester I 2013 ini, laba bersih BRI mencapai Rp 10 triliun, meningkat 16,3 persen dibanding Juni 2012 sebesar Rp 8,6 triliun. Pencapaian laba itu mengalahkan pesaingnya Bank Mandiri sebesar Rp 8,3 triliun dan Bank Central Asia sebesar Rp 6,3 triliun pada periode yang sama.
Dibandingkan dengan bank-bank lainnya, BRI mampu membukukan laba bersih paling tinggi karena sejumlah faktor. Pertama, sebagai bank yang fokus pada kredit usaha mikro, BRI mendapatkan nett interest margin (NIM) cukup tinggi. Diantara lima bank besar, BRI mendapatkan NIM 8,1 persen. Marjin bunga bersih empat bank besar lainnya adalah Mandiri sebesar 5,3 persen, BCA 6,3 persen, BNI 4,3 persen, dan CIMB Niaga 2,1 persen.
Hanya Bank Danamon yang mampu mengalahkan marjin bunga bersih BRI. Sebagai pemain utama di bisnis mikro bersanding dengan BRI, Danamon juga mampu meraih NIM sebesar 9,9 persen, melebihi pencapaian BRI.
Tingginya marjin bunga bersih yang diraup Danamon dan BRI mengundang bank-bank lainnya berebut menyasar kredit segmen ini. Bank Mandiri misalnya terus menggenjot kredit mikro ini hingga tumbuh 58,1 persen menjadi Rp 23,9 triliun pada Juni 2013. Bila ditambahkan dengan kredit untuk usaha kecil dan menengah, total kredit yang disalurkan Mandiri untuk segmen UMKM tumbuh 26,5 persen menjadi Rp 60,2 triliun.
Namun, pertumbuhan kredit mikro Mandiri masih jauh dibandingkan BRI yang dikenal merajai segmen bisnis ini. Hingga posisi Juni, kredit mikro BRI mencapai Rp 122,08 triliun atau naik 26,4 persen. BRI pun tak gentar dengan masuknya bank-bank lain ke bisnis ini. "Silahkan saja bank lain bergeser ke segmen mikro, tetapi kami tetap paling siap," kata Baiquni.
Selain menang di segmen bisnis yang meraup marjin bunga tinggi, faktor lain yang membuat BRI paling untung adalah kesuksesan memacu pertumbuhan kredit. Bahkan, kredit BRI meningkat paling tinggi dibandingkan bank-bank besar lainnya, yaitu sebesar 28,5 persen menjadi Rp 391,8 triliun pada Juni 2013. Namun, secara nominal jumlah portofolio kredit BRI masih kalah dibandingkan Mandiri sebesar Rp 428,7 triliun pada Semester I 2013.
Dengan tingkat pertumbuhan kredit tertinggi, BRI mampu menjaga rasio penyaluran kredit terhadap dana pihak ketiga atau loan to deposit ratio (LDR) sebesar 89,3 persen pada Semester I 2013. Itu masih melewati Bank Mandiri dengan rasio LDR 82,7 persen dan BNI 84 persen.
Kendati dominan di segmen UKM yang dianggap membutuhkan biaya operasional tinggi, namun BRI tergolong bank papan atas yang paling efisien dan berperan menopang tingginya laba bank rakyat ini. Itu terlihat dari rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) BRI yang lebih rendah dibandingkan bank lain. BOPO bank ini sebesar 60,9 persen. Sedangkan pesaingnya, Bank Mandiri 62,3 persen, BCA 63 persen dan BNI malah lebih besar lagi hingga 66,7 persen.
Dengan pencapaian tersebut, meski terpaut sangat jauh, BRI tetap berancang-ancang untuk mengejar aset Bank Mandiri yang dikenal sebagai bank dengan aset terbesar. Total aset Bank Mandiri saat ini mencapai Rp 672,2 triliun. BRI menempati di urutan ke dua yaitu Rp 538,3 triliun. Untuk mengejar mimpinya, BRI akan mengandalkan pertumbuhan laba dengan menjaga pertumbuhan kredit. BRI juga akan meningkatkan perolehan dana pihak ketiga dengan menyasar masyarakat perkotaan dan perbaikan sistem teknologi informasi.