Bisnis Terpukul Pandemi, Bank Permata Perkirakan Laba Turun 75%

Image title
12 Juni 2020, 07:00
Ilustrasi, logo PT Bank Permata Tbk. Manajemen Bank Permata menyebut pembatasan operasional imbas pandemi corona diperkirakan berdampak pada penurunan laba bersih sebesar 75%.
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi, logo PT Bank Permata Tbk. Manajemen Bank Permata menyebut pembatasan operasional imbas pandemi corona diperkirakan berdampak pada penurunan laba bersih sebesar 75%.

PT Bank Permata Tbk mengklaim bisnis terganggu akibat pandemi virus corona atau Covid-19. Gangguan tersebut disebabkan oleh penutupan beberapa kantor cabang selama tiga bulan, seiring dengan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Mengutip keterbukaan informasi, Kamis (11/6), manajemen Bank Permata mengungkapkan, per 31 Mei 2020 tercatat sebanyak 109 kantor cabang dari total 312 tidak beroperasi, terkait dengan penerapan PSBB di beberapa kota besar.

"Namun, per 8 Juni 2020 semua kantor cabang telah berfungsi secara normal, kecuali dua kantor yang masih tutup karena mengikuti peraturan dari pengelola gedung," tulis manajemen Bank Permata dalam keterbukaan informasi.

Bank Permata menerangkan, dampak dari pembatasan operasional diperkirakan kurang lebih 25% terhadap total pendapatan perseroan, untuk periode yang berakhir per 31 Maret atau 30 April 2020.

Sementara, dampak terhadap laba-rugi bersih secara konsolidasi untuk periode yang berakhir per 31 Maret atau 30 April 2020 diperkirakan lebih dari 75%. Ini dibandingkan dengan periode yang berakhir per 31 Maret atau 30 April 2019.

(Baca: Rumor Rampungnya Akuisisi Kerek Saham Bank Permata dan Astra)

Meski terdampak pandemi corona, Bank Permata tidak mengambil kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK) atau merumahkan karyawannya. Perseroan juga tidak memotong gaji karyawannya selama pandemi corona. Saat ini, total karyawan perseroan tercatat sebanyak 7.841 orang.

Untuk strategi menghadapi pandemi corona, manajemen Bank Permata tetap fokus menyalurkan kredit pada debitur yang relatif tidak terdampak atau memiliki tingkat risiko kredit yang relatif rendah.

"Dari sisi likuiditas, perseroan tetap berupaya menumbuhkan dana pihak ketiga (DPK) dari sumber dana yang stabil dan efisien, yaitu tabungan dan giro," kata manajemen Bank Permata.

Sementara dari sisi pendapatan operasional, Bank Permata akan fokus pada pertumbuhan pendapatan berbasis biaya atau fee based income. Hal ini disebabkan karena adanya tekanan marjin bunga dan pertumbuhan kredit.

Sebelumnya, sepanjang kuartal I 2020 kinerja Bank Permata tercatat mengalami pukulan berat, dengan penurunan laba mencapai 99,53%. Anjloknya laba disebabkan adanya lonjakan beban sepanjang tiga bulan pertama tahun ini.

(Baca: Beban Melonjak, Laba Bersih Bank Permata Anjlok 99,53%)

Sepanjang kuartal I 2020 total beban operasional Bank Permata tercatat sebesar Rp 1,79 triliun, naik 43,21% dibandingkan kuartal I 2019. Peningkatan beban ini membuat laba sebelum pajak penghasilan turun 45,37%.

Peningkatan terbesar pada beban operasional Bank Permata disumbang oleh pos kerugian penurunan nilai aset keuangan, yang tercatat sebesar Rp 621,67 miliar. Jumlah ini meningkat 481,05% dibandingkan kuartal I 2019.

Kinerja Bank Permata makin tertekan adanya lonjakan beban pajak penghasilan, dari Rp 136,92 miliar menjadi Rp 279,2 miliar atau naik 103,91% secara tahunan.

Sepanjang kuartal I 2020 pendapatan bunga Bank Permata yang hanya tumbuh 1,79% menjadi Rp 2,55 triliun. Sementara, pendapatan syariah tercatat turun turun 5,12% menjadi Rp 393,99 miliar.

Pertumbuhan pendapatan yang diiringi lonjakan beban ini membuat laba bersih perseroan tercatat hanya sebesar Rp 1,73 miliar, anjlok 99,53% dibandingkan kuartal I 2019.

(Baca: Dapat Restu Akuisisi, Bangkok Bank Ganti Komisaris Bank Permata)

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...