Ramai Eks Petinggi OVO Hijrah ke Bank Aladin, Bagaimana Kinerjanya?

Agustiyanti
11 April 2021, 14:40
bank aladin, bank syariah, direksi baru bank aladin, eks petinggi ovo
Ajeng Dinar Ulfiana|KATADATA
Ilustrasi. Tiga dari empat direksi baru Bank Aladin pernah berkarier di PT Visionet Internasional atau OVO.

Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Bank Net Indonesia Syariah Tbk yang akan berganti nama menjadi PT Bank Aladin Syariah Tbk menambah jajaran direksi. Tiga dari empat direksi baru yang ditunjuk pernah berkarier di PT Visionet Internasional atau OVO.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia akhir pekan ini, terdapat empat nama baru yang masuk dalam jajaran direksi Bank Net Syariah. Dyota Mahottama Marsudi didapuk sebagai presiden direktur, Budi Santoso Kusmiantoro sebagai direktur teknologi informasi, Willy Hambali sebagai direktur keuangan dan strategi, dan Firdila Sari sebagai Direktur Digital Banking.

Dyotta sebelumnya menjabat sebagai Senior Executive Director Vertex Ventures sejak 2018. Ia juga merupakan co-founder startup Happy5 yang juga menjabat sebagai chief operating officer sejak 2016 hingga 2018, setelah lama berkarier di The Boston Consulting Group.

Budi Santoso Kusmiantoro sebelumnya menjabat sebagai chief technology officer OVO. Ia juga pernah berkarier sebagai VP of Engineering Traveloka dan sempat berkiprah di Silicon Valley bersama Google dan PayPal.

Firdila Sari juga sebelumnya berkarier di OVO sebagai head of product. Ia pernah pula menjabat Vice President Mobile Product Commonwealth Bank dan Manager Business Development and Content K-Vision.

Sementara Willy Hambali menjabat sebagai head of liquidity Gopay sebelum berpindah ke Bank Net Syariah. Namun, Willy juga pernah berkarier di OVO sebagai stragetic ecosystem director.

Keempat jajaran direksi baru Bank Net Syariah ini akan resmi menjabat setelah melalui uji kepatutan dan kelayakan atau fit and proper test Otoritas Jasa Keuangan.

Sementara itu, RUPSLB mempertahankan Basuki Hidayat, Mohammad Riza, dan Baiq Nadea Dzurriatin sebagai direktur operasional, direktur bisnis, dan direktur kepatuhan.

Dalam RUPSLB, pemegang saham juga  mengangkat Nurdiaz Alvin Pattisahusiwa sebagai presiden komisaris. Nurdiaz sebelumnya menjabat sebagai chief executive officer Mandiri Investasi. Ia juga baru akan resmi menjabat setelah melalui uji kepatutan dan kelayakan OJK.

Adapun Ationo Teguh Basuki yang sebelumnya menjadi presiden komisaris ditunjuk sebagai komisaris, Fransisca Ekawati tetap sebagai komisaris independen, sedangkan Hadi Sunaryo dicopot dari jabatan komisaris independen.

RUPSLB juga menetapkan perubahan nama perseroan dari PT Bank Net Syariah Tbk menjadi PT Bank Aladin Syariah Tbk.

Hijrahnya para eks petinggi OVO memicu kabar masuknya perusahaan financial technology tersebut ke Bank Net Syariah. Namun kabar ini tak dibantah atau dibenarkan oleh pihak OVO. 

Head of Corporate Communication OVO Harumi Supit mengatakan pihaknya saat ini berfokus pada pengembangan layanan pembayaran digital dan sejumlah layanan lainnya, seperti investasi, asuransi dan pinjaman.

"Upaya untuk membuka akses terhadap layanan finansial ini sesuai dengan visi OVO untuk mendorong inklusi keuangan dan memajukan masyarakat serta UMKM sebagai penggerak pemulihan ekonomi," ujar Harumi saat dikonfirmasi terkait kemungkinan OVO menjadi pemegang saham Bank Net Syariah.

Saat ini, 60,55% saham Bank Net Syariah digenggam PT NTI Global Indonesia Tbk, 20,01% saham dikuasai Bortoli International Ltd, 6,18% dipegang  Kasai Internasional Inc, dan sisanya publik.

Bank Net Syariah baru menggelar penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) pada awal Februari lalu dengan harga Rp 103 per saham. Hingga saat ini, saham perusahaan yang akan berganti nama menjadi Bank Aladin ini telah melesat lebih dari 2.000% ke level Rp 2.890 per saham pada Jumat (9/10).

Berdasarkan data stockbit, price to book value emiten baru ini telah mencapai 58,15 kali, sedangkan price to equity ratio mencapai 317,85 kali.

Kenaikan harga saham yang luar biasa membuat OJK menetapkan emiten berkode saham BANK ini ke dalam kategori unusual market activity (UMA).

Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan AJi Gusta Utama mengatakan kenaikan harga saham emiten-emiten baru, termasuk Bank Net Syariah terjadi karena saat penetapan IPO, valuasinya menarik. Namun, investor tetap harus waspada jika saham-saham IPO tersebut sudah masuk dalam kategori UMA.

Kinerja Bank

Bank Net Syariah hingga kini belum menerbitkan laporan publikasi tahun 2020 maupun kuartal IV 2020. Berdasarkan laporan keuangan hingga September 2020, total modal inti perseroan hanya mencapai Rp 651,29 miliar, naik tipis dibandingkan September 2019 Rp 593,99 miliar.

Total pembiayaan yang disalurkan hanya mencapai Rp 66 juta, anjlok dibandingkan akhir tahun lalu Rp 5,07 miliar. Sebagian besar aset disimpan pada penempatan BI Rp 255,34 miliar dan surat berharga Rp 411,49 miliar.

Sementara itu, dana yang dihimpun hanya sebesar Rp 40,15 miliar dalam bentuk dana investasi non profit sharing.

Lantaran pembiayaan yang minim, rasio permodalan atau capital to adequacy ratio mencapai 330,42%. NPF gross dan nett tercatat 0,00%, sedangkan financing to deposit ratio hanya 0,16%.

Adapun berdasarkan laporan publikasi bulanan perseroan per Februari 2021, penyaluran pembiayaan perseroan hanya mencapai Rp 46 juta. Sebagian besar aset ditempatkan dalam bentuk tagihan atas surat berharga yang dibeli untuk dijual kembali atau reverse repo mencapai Rp 1,21 triliun.

Sementara itu, dana yang dihimpun dalam bentuk simpanan wadiah hanya Rp 15 juta dan investasi nonprofit sharing Rp 40,17 miliar. Bank Net Syariah menghimpun dana dari IPO sebesar Rp 515 miliar sehinga total ekuitas perusahaan meningkat menjadi Rp 1,16 triliun.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...