Perusahaan Jasa Tambang Grup Bakrie Bakal Lanjutkan Strategi Efisiensi
PT Darma Henwa Tbk (DEWA) akan melanjutkan strategi efisiensi di tahun ini. Upaya itu termasuk membangun lebih banyak peralatan untuk memperluas volume sesuai kepentingan klien. Selain itu, perusahaan jasa tambang Grup Bakrie tersebut juga mendorong efisiensi demi meningkatkan profitabilitas di masa mendatang.
Wakil Presiden Direktur dan CEO Darma Henwa B. Prabhakaran menyampaikan, pihaknya berusaha memaksimalkan ketersediaan dan penggunaan peralatan yang ada. Dengan begitu, produksi yang dihasilkan bisa lebih tingggi.
“Itu sekaligus mengoptimalkan biaya melalui program pemeliharaan dan perawatan alat yang efisien dan global sourcing,” kata Prabhakaran dalam keterangan resminya, Jumat (4/6).
Selain itu, untuk mencapai efisiensi biaya modal tahun lalu, perusahaan telah memulai pembangunan workshop dan pusat perbaikan alat berat di Balikpapan. Workshop tersebut dilengkapi fasilitas untuk rebuild, perbaikan, dan rekondisi alat berat termasuk komponennya.
Tahun ini, Darma Henwa berencana memperbarui dan mengerahkan beberapa peralatan untuk memenuhi target volume yang lebih tinggi untuk kliennya PT Kaltim Prima Coal (KPC), PT Arutmin Indonesia (AI), dan PT Cakrawala Langit Sejahtera (CLS).
Lebih lanjut, strategi tersebut akan membantu perusahaan untuk memberi nilai tambah kepada kliennya. Harapannya, upaya itu dapat mendorong daya saing DEWA di bisnis jasa pertambangan, sekaligus meningkatkan pangsa pasar.
Sepanjang 2020, Manajemen DEWA telah mengimplementasikan strategi pengurangan biaya operasi. Itu termasuk program perawatan alat yang efisien dengan global sourcing, serta meningkatkan produksi dengan fleet (penentuan armada) produksi.
Dengan begitu, tahun lalu DEWA mencatatkan kenaikan kapasitas fleet produksi sebanyak 16%. Perusahaan tambang tersebut juga berhasil memangkas biaya pemeliharaan alat menjadi US$ 20,82 juta, atau turun 33% dari tahun sebelumnya. Langkah itu sekalgus berdampak pada peningkatan ekspansi margin sebesar 2,1% di 2020.
Melalui strategi tersebut, DEWA berhasil mencatatkan volume removal material yang dihasilkan dari fleet produksi sebesar 54,82 juta bank cubic metre (bcm) di 2020, atau meningkat 6,6% dari 2019. Bahkan, di tengah pandemi Covid-19, Darma Henwa melaporkan operating EBITDA sebesar US$ 42,53 juta di tahun lalu, atau meningkat 1,5% dari US$ 41,89 juta pada 2019. Adapun untuk laba bersih komprehensif tercatat sebesar US$ 2,33 juta tahun lalu.
DEWA juga berhasil mengurangi biaya subkontraktor serta biaya sewa peralatan. Capaian tersebut diperoleh dengan strategi menurunkan biaya perbaikan dan pemeliharaan alat. Perusahaan juga melakukan pengukuran efisiensi yang berkelanjutan dengan menggunakan peralatan sendiri. Untuk itu, Darma Henwa berhasil membukukan penurunan beban pokok pendapatan sebanyak 8,71% menjadi US$ 295,73 juta pada 2020, dibandingkan tahun sebelumnya US$ 323,93 juta.
Dari sisi operasional, Darma Henwa mencatatkan produksi batubara sebesar 16,58 juta ton tahun lalu. Adapun, overburden removal mencapai 111,60 juta bcm. Tambang batubara Bengalon di Kalimantan Timur berkontribusi paling besar, yakni 69%, diikuti tambang Asam Asam di Kalimantan Selatan dan tambang batubara Satui di Kalimantan Selatan.
Sepanjang tahun lalu, pendapatan DEWA tercatat sebesar US$ 303,19 juta, turun 12,03% dari US$ 344,65 juta di tahun sebelumnya. Penurunan karena dihentikannya salah satu subkontraktor di tambang batubara Bengalon pada pertengahan 2020. Sedangkan penghentian subkontraktor dan inisiatif efisiensi biaya, membantu DEWA meningkatkan margin operating EBITDA yang naik menjadi 14,03% di 2020, dibandingkan tahun sebelumnya yakni 12,15%.
Selanjutnya, DEWA memperbaiki pengelolaan utang. Itu terbukti dari liabilitas perusahaan yang turun 10,79% dari US$ 315,26 juta menjadi US$ 281,24 juta. Komponen liabilitas jangka panjang dan jangka pendek berkontribusi terhadap penurunan liabilitas tersebut. Adapun rasio utang akhir 2020 terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER) juga menurun ke 41,92%, dibandingkan level tahun sebelumnya 49,59%.
Sementara itu, ekuitas DEWA tumbuh 15% dari US$ 234,26 juta menjadi US$ 269,40 juta didukung oleh laba perusahaan dan revaluasi kepemilikan DEWA di saham PT Pendopo Energi Batubara pada nilai pasar wajar. Pendopo Energi merupakan pemilik tambang batu bara dengan cadangan lebih dari 1 miliar ton batubara.
Hingga akhir tahun lalu, aset DEWA tumbuh 0,20% menjadi US$ 550,64 juta dibandingkan US$ 549,52 juta tahun sebelumnya. Aset meningkat seiring adanya program perbaikan dan refurbishment (pembaharuan kembali) alat, yang akan mendukung strategi DEWA untuk melakukan lebih banyak pekerjaan in-house menggunakan peralatannya sendiri.
Selain efisiensi, DEWA juga mengakuisisi aset konsesi tambang emas di Provinsi Aceh. Akuisisi aset ini sejalan dengan strategi DEWA untuk mendiversifikasi portofolionya dari batubara ke mineral lainnya. Perseroan menargetkan untuk mengembangkan aset tersebut dalam beberapa tahun ke depan.