Pasar Keuangan Dunia Akan Bergejolak, Apa Reksadana yang Bisa Dilirik?
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menilai, isu tapering atau pengetatan kebijakan moneter di Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed berpotensi menimbulkan gejolak di pasar keuangan global. Untuk itu, dia memprediksi reksadana pendapatan tetap dan reksadana saham bisa menjadi pilihan menarik untuk ke depan.
Dengan kondisi ekonomi Indonesia yang dianggap cukup baik, Rudiyanto memperkirakan kinerja reksadana pendapatan tetap mampu memberikan return atau keuntungan sekitar 5% per tahun. “Jadi, kalau imbal hasil (yield) obligasi AS (US Treasury) tenor 10 tahun naik, yield obligasi domestik bagus di kisaran 6%-6,35%,” kata Rudiyanto dalam paparan outlook reksadana di media sosial pekan lalu.
Pekan lalu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen memprediksi inflasi AS bisa naik ke level 3% tahun ini, seiring pemulihan ekonomi dari resesi pandemi Covid-19. Gubernur The Fed Jerome H Powell dan pembuat kebijakan lainnya meyakini kenaikan harga hanya bersifat sementara.
Melihat sinyal tersebut, Rudiyanto meyakini aksi tapering paling cepat dilakukan Negeri Paman Sam di kuartal pertama tahun depan. Umumnya, pemberitahuan pelonggaran kebijakan moneter akan dilakukan 7-8 bulan sebelum eksekusi kebijakan dilakukan.
“Kita lihat Juni atau Juli ini, kalau belum ada pemberitahuan, kemungkinan eksekusinya bisa di kuartal kedua tahun depan,” ujarnya.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana meyakini, reksadana pendapatan tetap akhir tahun ini mampu memberikan return hingga 7%. Di mana, proyeksi imbal hasil untuk obligasi negara (SUN) tenor 10 tahun berkisar 6%.
“Prospek obligasi masih sangat baik, karena suku bunga kita sangat rendah, potensi kenaikan harga masih ada, terutama untuk SUN,” kata Wawan kepada Katadata.co.id beberapa waktu lalu.
Wawan juga menambahkan, musim pembagian kupon obligasi sudah dekat. Untuk itu, kinerja reksadana pendapatan tetap diprediksi bakal membaik di kuartal ketiga tahun ini.
Di sisi lain, untuk prospek kinerja reksadana saham, menurut Wawan baru akan rebound (naik) di kuartal III-2021. Hal tersebut sembari menanti perkembangan pertumbuhan ekonomi dan program vaksinasi.
Senada, Rudiyanto meyakini kinerja reksadana saham akan membaik di semester kedua. Dia memprediksi, hingga akhir tahun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi naik menuju level 6.700. Pada perdagangan Kamis (10/6), IHSG ditutup menguat 0,99% ke level 6.107.
Berdasarkan data Infovesta Utama, kinerja reksadana pasar uang pada Infovesta 90 Money Market Fund Index tumbuh 1,41% hingga Mei 2021. Capaian tersebut jadi yang tertinggi dibandingkan kinerja reksadana lainnya. Untuk reksadana pendapatan tetap tercatat tumbuh 0,37% di periode Januari-Mei 2021. Sedangkan untuk reksadana campuran turun 2,48% dan reksadana saham turun 7,05%.