Harga Emas Berpeluang Kembali Naik ke US$ 1.900, Kapan Waktunya?
Tren penurunan harga emas global diprediksi masih akan berlanjut dalam waktu dekat. Namun, untuk proyeksi hingga akhir tahun, harga masih berpeluang kembali ke level US$ 1.900 per troy ons.
Analis PT SolidGold Berjangka Sunarti Sabir mengatakan, ketika harga emas global turun ke level US$ 1.700 per troy ons, emas akan dianggap oversold (jenuh jual). “Saat itulah, banyak investor yang akan tertarik membeli emas dan memicu rebound menuju US$ 1.800 per troy ons, bahkan US$ 1.900 per troy ons hingga akhir 2021,” katanya kepada Katadata.co.id, Senin (21/6).
Sunarti menjelaskan, harga emas global anjlok sekitar 6% pekan lalu, nyaris menjadi yang terburuk karena penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Hal tersebut disertai sinyal Bank Sentral AS (The Fed) untuk melakukan pengetatan kebijakan moneternya.
Pada akhir pertemuan kebijakan moneter Kamis (17/6) dinihari, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 0%-0,25%. Namun, bank sentral juga mengisyaratkan rencana kenaikan suku bunga sebanyak dua kali di 2023.
Proyeksi tersebut lebih cepat dari perkiraan sebelumnya, di mana mayoritas anggota Federal Open Market Commettee (FOMC) memproyeksikan kenaikan baru akan terjadi 2024. “Kebijakan tersebut menyebabkan Indeks US$ melambung hingga menyentuh angka 92.38, tertinggi dalam 2 bulan,” ujarnya.
Selain itu, dalam proyeksi suku bunga (dot plot) terbaru, sebanyak 7 anggota FOMC memproyeksikan suku bunga acuan bisa naik pada 2022. Syaratnya, jika data ekonomi AS semakin membaik. Sedangkan untuk potensi tapering atau pengurangan besaran stimulus, FOMC tidak memberi kepastian, tetapi mengisyaratkan akan membicarakannya.
Sunarti menambahkan, sebagian analisis menunjukkan, jika suku bunga dinaikkan lebih cepat maka tapering kemungkinan akan dimulai lebih awal. Pengumuman The Fed teranyar tentunya di luar dugaan pelaku pasar, sehingga memicu aksi jual komoditas emas.
Di samping itu, kenaikan suku bunga AS turut membuat investasi emas menjadi tidak menarik, mengingat peran komoditas sebagai aset lindung nilai atau save haven. Apalagi, jika saat suku bunga AS naik, maka opportunity cost dalam berinvestasi emas menjadi meningkat.
Sebelum pengumuman The Fed pekan lalu, harga emas sudah berada di area jenuh beli (overbought). Di saat yang sama dolar AS juga sudah berada di area jenuh jual . “Wajar jika dolar AS saat ini mengalami rebound dan harga emas mengalami koreksi,” ujarnya.
Menurut dia, secara teknikal harga emas masih berpotensi untuk turun dalam waktu dekat, namun peluang rebound tetap ada. Melansir Bloomberg, pada perdagangan malam ini harga emas commodity exchange (Comex) untuk kontrak Agustus 2021 naik 0,5% ke level US$ 1.777,9 per troy ons. Sedangkan untuk emas spot (XAUUSD) naik 0,73% ke level US$ 1.777 per troy ons. Adapun untuk indeks dolar AS spot turun 0,33% ke level 91,92.