Dana PEN Baru Terserap 34% Hingga Pertengahan Tahun, Ini Kendalanya
Kementerian Keuangan mencatat realisasi anggaran program pemulihan ekonomi nasional (PEN) hingga 25 Juni baru mencapai Rp 237,4 triliun atau 34% dari pagu tahun ini Rp 699,43 triliun. Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengeluaran Negara Kunta Wibawa mengatakan, salah satu kendala penyerapan dana PEN adalah lonjakan kasus Covid-19.
"Namun kami akan terus berusaha mengendalikan pandemi ini," kata Kunta dalam Dialog produktif Rabu Utama: Update Dana PEN Kuartal II, Rabu (30/6).
Menurut dia, tingginya kasus corona di Tanah Air membuat masyarakat tidak nyaman untuk menjalankan aktivitas ekonomi. Untuk itu, menurut dia, pemerintah akan terus berupaya mendorong kepercayaan masyarakat.
Program PEN 2021 terdiri dari lima pos. Pertama, pos anggaran kesehatan yang telah terealisasi Rp 45,4 triliun atau 26,3% dari pagu. Kedua, perlindungan sosial yang telah terealisasi Rp 65,36 triliun atau 42% dari target. Ketiga, program prioritas terserap Rp 39,79 triliun atau 31,1% dari pagu. Keempat, dukungan UMKM dan korporasi terealisasi Rp 50,93 triliun atau 26,3% dari target. Kelima, insentif usaha yang telah terealisasi Rp 36 triliun atau 63,5% dari pagu.
Di bidang kesehatan, Kunta menilai sempat terdapat kendala suplai vaksin sebelum Lebaran. Kendati demikian, hambatan tersebut sudah teratasi saat ini. "Sehingga saat ini fokusnya adalah mempercepat vaksinasi itu sendiri agar kekebalan kelompok bisa tercapai pada akhir tahun ini," ujar dia,
Pada pos perlindungan sosial, menurut dia, terdapat permasalahan basis data yang saat ini terus diperbaiki. Lalu pada pos dukungan usaha, masalah yang muncul adalah masih minimnya sosialisasi. "Masih ada beberapa yang tidak mengetahui dukungan maupun insentif yang diberikan pemerintah," katanya.
Kunta mengatakan, pemerintah juga akan melakukan pemetaan sektor-sektor ekonomi yang harus didukung dalam program PEN. Ia mencontohkan, program-program yang bertujuan untuk mendorong pariwisata dapat diberikan setelah pandemi mereda.
Ekonom Senior Yusuf Rendy Manilet mengatakan, masih rendahnya anggaran PEN terutama untuk kesehatan perlu menjadi perhatian pemerintah. Jangan sampai dengan realisasi yang rendah, program vaksinasi dan peningkatan kapasitas test, tracing dan isolasi tidak berjalan secara optimal dan pada muaranya akan menganggu ritme pemulihan ekonomi," kata Yusuf kepada Katadata.co.id pada bulan lalu.
Hal tersebut, menurut dia, berlaku pula untuk program PEN di bidang lainnya seperti bantuan UMKM. Ia menilai bahwa proses pemulihan ekonomi juga akan banyak ditentukan oleh seberapa cepat sektor tersebut pulih secara optimal. Yusuf juga menyarankan agar pemerintah memperbaiki penerima bantuan UMKM agar tepat sasaran. "Ini berdasarkan evaluasi yang sudah ada," ujarnya.
Menurut dia, salah satu alasan proses pemulihan ekonomi berjalan lambat pada tahun lalu karena tren kasus Covid-19 yang masih tak menentu, serta tidak optimalnya perencanaan dan realisasi anggaran PEN kesehatan. Namun di sisi lain, terjadi peningkatan konsumsi rumah tangga meskipun pada level yang terbatas ketika dana PEN perlindungan sosial mulai disalurkan. Kedua indikator tersebut menunjukkan peran penting PEN dalam proses pemulihan ekonomi.
Tahun ini, menurut dia, pemerintah sudah menyadari dan mengevaluasi berbagai kendala dalam program PEN. Tak heran, pos anggaran kesehatan mengalami kenaikan untuk program vaksinasi dan peningkatan kapasitas tes Covid-19.