Beban Bunga Susut, Laba Bersih BNI Tumbuh 12% Jadi Rp 5 Triliun
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) berhasil membukukan laba Rp 5,03 triliun secara konsolidasian pada semester I-2021. Laba tersebut tumbuh 12,8% dibanding raihan periode yang sama tahun lalu Rp 4,45 triliun.
Kenaikan laba bersih tersebut tidak sejalan dengan pendapatan bunga BNI yang turun. Berdasarkan laporan keuangan, pendapatan bunga semester I-2021 tercatat Rp 25,29 triliun atau turun 10,18% dari Rp 28,16 triliun pada semester I-2020.
Meski pendapatan bunga turun, beban bunga BNI sepanjang enam bulan pertama tahun ini hanya Rp 5,97 triliun atau menyusut hingga 42,36% dari Rp 10,36 triliun pada periode sama tahun lalu.
Alhasil, selisih keduanya menghasilkan pendapatan bunga bersih mencapai Rp 19,32 triliun pada semester I-2021 atau meningkat 8,56% dari Rp 17,79 triliun pada semester yang sama tahun lalu.
Meski mengantongi pertumbuhan laba bersih, Emiten berkode saham BBNI ini masih meningkatkan pencadangan alias provisi. Pada semester I-2021, BNI mencadangkan Rp 9,78 triliun atau bertambah 36,2% dari Rp 7,18 triliun pada semester I-2020.
Jika tidak dicadangkan, pendapatan sebelum provisi (pre-provision income/PPOP) BNI mencapai Rp 16,13 triliun atau meningkat hingga 24,4% dibanding periode sama tahun lalu Rp 12,97 triliun.
Dari sisi fungsi intermediasi, BNI menyalurkan kredit senilai Rp 569,73 triliun sepanjang enam bulan pertama tahun ini. Artinya kredit BNI tumbuh hingga 4,5% secara tahunan dari Rp 545,39 triliun.
Kredit BNI mayoritas masih disalurkan kepada business banking. Kepada perusahaan swasta, BNI menyalurkan kredit senilai Rp 179,1 triliun atau tumbuh 7,9% secara tahunan. Sementara itu, penyaluran kredit ke sesama perusahaan milik negara menurun 8,1% menjadi Rp 108,3 triliun.
Penyaluran kredit kepada usaha medium mengalami penurunan 3,3% menjadi Rp 97,2 triliun. Tetapi, penyaluran kredit kepada usaha kecil (small), BNI mampu mencatat pertumbuhan hingga 20,6% menjadi Rp 91 triliun.
Sementara dari segmen konsumer, kredit pemilikan rumah (KPR) tumbuh 6,3% menjadi Rp 47,6 triliun. BNI juga mencatat kredit berbasis gaji atau payroll loan tumbuh hingga 19,6% menjadi Rp 32,7 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan tersebut, rasio kredit bermasalah kotor atau non-performing loan (NPL) gross BNI pada semester I 2021 meningkat menjadi 3,94%, dari periode sama tahun lalu di level 3,03%.
BNI menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sepanjang semester I-2021 senilai Rp 646,57 triliun atau tumbuh 4,5% dari periode sama tahun lalu senilai Rp 618,8 triliun.
Dana murah (CASA) tumbuh 11,5% menjadi Rp 450,02 triliun dari periode sama tahun lalu senilai Rp 403,53 triliun. Sementara deposito berjangka (time deposit) berhasil turun hingga 8,7% menjadi Rp 196,54 triliun dari sebelumnya Rp 215,26 triliun.
Rasio keuangan lainnya, BNI mencatatkan kenaikan return on asset (ROA) menjadi 1,48% dari 1,38%. Return on equity (ROE) BNI juga naik menjadi 10,03% dari 8,74%. Rasio net interest margin (NIM) naik menjadi 4,85% dari 4,47%.
Berdasarkan presentasi BNI, bank milik pemerintah ini menargetkan pertumbuhan kredit 5%-7% untuk tahun penuh 2021. Target tersebut turun dibandingkan target 2021 sebelumnya yang dicanangkan 6%-9%.
BNI menargetkan NIM sepanjang 2021 ini di level 4,7%-4,9%. Target ini naik dari target yang sebelumnya dicanangkan 4,6%-4,8%. Sementara biaya kredit ditargetkan sebesar 3,3%-3,6%, target ini tidak berubah dari sebelumnya.