Aturan OJK Segera Terbit, Simak Potret Keuangan Calon Bank Digital
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan meluncurkan peraturan baru terkait bank umum yang di dalamnya membahas soal bank digital. Sebelumnya, otoritas perbankan menyebut ada tujuh bank yang tengah mengantre untuk menjadi bank digital.
Ketujuh bank yang dalam proses mengajukan diri sebagai bank digital antara lain, PT Bank BCA Digital, PT BRI Agroniaga Tbk (AGRO), PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), dan PT Bank Capital Tbk (BACA). Selain itu, PT Allo Bank Indonesia Tbk yang semula bernama Bank Harda Internasional Tbk (BBHI). Sisanya, PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW), dan PT Bank KEB Hana.
Berdasarkan laporan keuangan terbaru dari masing-masing bank yang mengajukan izin, mayoritas bank memang mencatatkan laba bersih meski mengalami penurunan secara tahunan. Namun, tidak sedikit juga yang mengalami kerugian.
Berikut catatan kinerja keuangan terbaru bank yang mengajukan izin secara resmi kepada OJK untuk menjadi bank digital:
PT Bank BCA Digital
Anak usaha PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tersebut masih membukukan kerugian bersih Rp 19,91 miliar pada semester I-2021. Padahal, pada periode sama tahun lalu, BCA Digital yang masih bernama Bank Royal Indonesia, membukukan laba bersih Rp 38,9 miliar.
Salah satu penyebab kerugian tersebut karena pendapatan bunga BCA Digital senilai Rp 76,72 miliar atau turun 5,54% dari Rp 81,23 miliar. Sementara, beban bunganya senilai Rp 15,41 miliar atau naik 1,65% dari Rp 15,16 miliar. Sehingga, pendapatan bunga bersihnya Rp 61,31 miliar, turun 7,19% secara tahunan dari Rp 66,06 miliar.
Posisi modal inti tier 1 BCA Digital per 30 Juni 2021 senilai Rp 1,35 triliun. Angka tersebut naik tapi tidak signifikan dari periode sama tahun lalu senilai Rp 1,34 triliun. Artinya, BCA Digital masih ada di BUKU 2.
PT BRI Agroniaga Tbk
Anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) ini mampu membukukan laba bersih Rp 26,21 miliar pada semester I-2021. Laba bersih tersebut tercatat tumbuh hingga 31,06% dari periode sama tahun lalu senilai Rp 20 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan, pendapatan bunga BRI Agro hanya Rp 879,11 miliar, turun 11,94% dari RP 998,32 miliar. Meski begitu, beban bunganya Rp 445,45 miliar mampu turun 34,03% dari Rp 675,2 miliar. Alhasil, pendapatan bunga bersih mencapai Rp 433,66 miliar atau tumbuh 34,21% dari Rp 323,11 miliar.
Modal inti tier 1 BRI Agro per 20 Juni 2021 senilai Rp 4,21 triliun atau naik dari posisi 31 Desember 2020 senilai Rp 4,16 triliun. Artinya, BRI Agro masuk dalam kategori BUKU 2.
PT Bank Neo Commerce Tbk
Bank milik Akulaku ini mencatatkan rugi Rp 50,27 miliar pada triwulan I-2021. Rugi tersebut berbalik dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang masih membukukan laba bersih Rp 13,19 miliar.
Pendapatan bunga bank padahal mencapai Rp 142,73 miliar atau tumbuh 6,88% dari Rp 133,54 miliar. Tapi, beban bunganya Rp 90,4 miliar atau naik 15,12% dari Rp 78,53 miliar. Alhasil pendapatan bunga perusahaan Rp 52,32 miliar atau turun 4,89%.
Berdasarkan laporan keuangan, per Maret 2021, modal inti tier 1 bank yang dulu bernama Bank Yudha Bhakti ini Rp 1,02 triliun atau naik dari Rp 921,64 miliar pada Maret 2020. Artinya, Neo Commerce masuk kategori BUKU 2.
PT Bank Capital Tbk
Bank Capital berhasil membukukan laba bersih Rp 11,6 miliar pada semester I-2021. Sayangnya, laba bersih tersebut anjlok hingga 77,68% dari periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 51,98 miliar.
Bank Capital hanya mampu membukukan pendapatan bunga Rp 460,42 miliar atau turun 40,45% dari Rp 773,23 miliar. Sementara, beban bunganya Rp 699,29 miliar, naik 36,88% dari Rp 510,89 miliar. Alhasil, Bank Capital membukukan beban bunga bersih Rp 238,86 miliar pada semester I-2021, sedangkan semester I-2020 mengantongi pendapatan bunga bersih Rp 262,33 miliar.
Bank Capital memiliki modal inti Rp 1,51 miliar per 30 Juni 2021 atau naik dari periode sama tahun lalu Rp 1,39 triliun. Artinya, Bank Capital juga termasuk dalam kategori BUKU 2.
PT Allo Bank Indonesia Tbk
Bank milik pengusaha Chairul Tanjung ini mampu membukukan laba bersih Rp 22,92 miliar pada semester I-2021. Sayangnya, laba bersih tersebut turun hingga 30,23% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 32,86 miliar.
Pendapatan bunga Allo Bank Rp 127,66 miliar atau tumbuh hingga 42,47% dari Rp 89,611 miliar. Sementara, beban bunga tumbuh 23,59% menjadi Rp 74,19 miliar dari Rp 60,02 miliar. Alhasil, pendapatan bunga bersih perusahaan Rp 53,47 miliar atau tumbuh 80,76% dari Rp 29,58 miliar.
Modal inti bank yang sebelumnya bernama Bank Harda Internasional tersebut Rp 310,33 miliar per 30 Juni 2021 atau naik dari Rp 272,03 miliar dari 30 Juni 2020. Dengan begitu, Allo Bank masuk dalam kategori bank BUKU 1.
PT Bank QNB Indonesia Tbk
QNB mencatatkan rugi bersih Rp 578,36 miliar sepanjang semester I-2021. Rugi bersih tersebut ternyata membengkak 7,52% dibandingkan periode sama tahun lalu, dimana rugi mencapai Rp 537,93 miliar.
Pendapatan bunga QNB senilai Rp 446,9 miliar atau mengalami penurunan 30,59% dari Rp 643,86 miliar. Beban bunga Rp 286,62 miliar, turun 43,05% dari Rp 503,29 miliar. Sehingga, pendapatan bunga bersih Rp 160,27 miliar atau tumbuh 14,02% dari Rp 140,56 miliar.
Modal inti QNB per 30 Juni 2021 mencapai Rp 2,69 triliun atau mengalami penurunan dari Juni 2020 yang Rp 3,2 triliun. Meski begitu, QNB tetap berada pada kategori BUKU 2.
PT Bank KEB Hana Indonesia
KEB Hana mencatatkan laba bersih Rp 174,56 miliar pada semester I-2021. Catatan tersebut mengalami penurunan 39,02% dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 286,25 miliar.
Pendapatan bunga KEB Hana Rp 1,22 triliun atau mengalami penurunan 20,23% dari Rp 1,53 triliun. Total beban bunga Rp 461,45 miliar atau turun 41,53% dari Rp 789,27 miliar. Sehingga pendapatan bunga bersih menjadi Rp 765,09 miliar atau tumbuh 2,2% dari Rp 748,6 miliar.
Berdasarkan laporan keuangannya, tercatat modal inti tier 1 KEB Hana mencapai Rp 9,56 triliun per 30 Juni 2021. Modal inti tersebut naik dari 31 Desember 2020 Rp 9,45 triliun. Artinya, KEB Hana masuk kategori BUKU 3.