Jasindo Berpeluang Jual Anak Usaha untuk Tambah Modal
PT Asuransi Jasa Indonesia alias Jasindo membuka peluang melepas portofolio aset investasinya lagi. Hal ini menjadi salah satu langkah untuk memperbaiki rasio kecukupan permodalan atau risk based capital (RBC).
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2021, RBC Jasindo ada di level 121,39 % atau turun dari periode sama tahun lalu di 164,45 %. Padahal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan ambang batas minimal RBC di level 120%.
Sekretaris Perusahaan Jasindo Cahyo Adi mengatakan, OJK sebagai regulator sudah memberikan peringatan agar RBC dipenuhi. Untuk bisa berbisnis ke depan, Jasindo perlu memenuhi persyaratan OJK tersebut.
Menurut Cahyo, penyebab nilai RBC tadi karena ada sejumlah penempatan investasi Jasindo yang melebihi dari aset yang diperkenankan. Sehingga, ada investasi yang tidak diperhitungkan dalam RBC.
"Ada investasi yang digunakan dari sisi perhitungan RBC, itu tidak diperhitungkan karena melebihi dari aset yang diperkenankan," kata Cahyo kepada Katadata.co.id beberapa waktu lalu.
Salah satu yang dilakukan Jasindo untuk memperbaiki rasio RBC dengan menjual sejumlah portofolio saham yang melebihi dari aset yang diperkenankan. Dengan begitu, aset yang dimiliki Jasindo akan diperhitungkan sebagai bagian dari poin-poin RBC. Salah satu opsi yang bisa diambil dengan menata kembali portofolio investasi agar sesuai dan mendukung kebijakan OJK.
Cahyo tidak menjelaskan portofolio mana yang akan dilepas. Namun beberapa waktu lalu Jasindo baru menandatangani perjanjian jual-beli saham bersyarat (CSPA) untuk melepas 10 % saham anak usahanya PT Asuransi Jiwa InHealth Indonesia.
Bertindak sebagai pembeli adalah Holding Perasuransian dan Penjaminan, Indonesia Financial Group (IFG). Seperti diketahui, IFG juga merupakan induk Jasindo. Akuisisi ini sebagai holding untuk memperluas dan memperkuat portofolio proteksi di pasar asuransi kesehatan.
Selain penataan portofolio aset, Jasindo akan meningkatan bisnis dengan memperbaiki proses underwriting yang lebih hati-hati. Dengan penjualan barang yang semakin banyak dan bertambahnya premi, klaim juga semakin besar sehingga berpeluang hasil usahanya tidak bagus.
"Tidak hanya dilihat dari pencapaian premi yang didapat, tapi juga hasil usahanya seperti apa," kata Cahyo.
Berdasarkan laporan keuangan, hingga triwulan ketiga 2021, Jasindo masih mengantongi rugi setelah pajak Rp 183,73 miliar. Meski begitu, rugi tersebut berkurang dari periode sama tahun lalu Rp 316,32 miliar.
Jasindo mencatatkan pertumbuhan tujuh jenis premi asuransi hingga Oktober 2021. Mayoritas premi Jasindo berasal dari asuransi properti, sementara pertumbuhan terbesar pada asuransi lambung kapal (marine hull). “Pertumbuhan cukup signifikan, terutama untuk asuransi marine hull yang mencapai 85%,” kata Cahyo.
Secara lebih rinci, premi asuransi lambung kapal mencapai Rp 375 miliar hingga Oktober 2021 dibanding Rp 202 miliar. Sementara secara nilai, premi asuransi properti mencapai 1,16 triliun, tumbuh 27% dari Rp 908 miliar.
Cahyo mengatakan, pertumbuhan premi ini didukung oleh kegiatan ekonomi yang mulai tumbuh pada 2021. Dibandingkan pada 2020, kasus Covid-19 sedang tinggi di Indonesia. "Otomatis kegiatan bisnis menjadi terhambat. Industri asuransi pun terkena imbas dari pandemi tersebut," kata Cahyo.
Untuk mendongkrak penjualan, Jasindo yang merupakan bagian dari holding asuransi IFG ini, melakukan digitalisasi dan otomasi. Lalu, Jasindo menggandeng e-commerce seperti Blibli dan Igloo untuk meningkatkan penjualan.