Biaya Kredit Naik, Laba BTPN Turun 23% Jadi Rp 752 M pada Kuartal I
PT Bank BTPN Tbk (BTPN) mencatat penurunan laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar 23% menjadi Rp 752 miliar pada kuartal I 2022, dari periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 971 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan, penurunan laba ini terjadi lantaran biaya kredit perseroan meningkat hingga Maret 2022 menjadi Rp 435 miliar, dari sebelumnya Rp 164 miliar. Adapun, penambahan biaya kredit tersebut sebagian besar berasal dari segmen korporasi.
Sementara itu, perseroan mencatat pertumbuhan kredit sebesar 7,3% hingga akhir Maret 2021 menjadi Rp 142,37 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 132,68 triliun. Pertumbuhan kredit Bank BTPN ini lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan kredit di industri perbankan yakni 6,65% secara tahunan, yang dilaporkan Bank Indonesia untuk periode yang sama.
"Kami berhasil membukukan kinerja yang baik dalam penyaluran kredit pada kuartal pertama tahun ini, sejalan dengan strategi kami dan memanfaatkan momentum pertumbuhan yang optimis,” kata Plt Direktur Utama Bank BTPN Kaoru Furuya dalam keterangan resminya, dikutip Senin (9/5).
Di samping itu, BTPN mencatat peningkatan aset sebesar 10% secara tahunan menjadi Rp 192,40 triliun, dari sebelumnya Rp 174,72 triliun pada kuartal I 2020.
Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) hingga akhir Maret 2022 sebesar 1,40%, sedikit lebih rendah dari rasio gross NPL yang dilaporkan pada periode yang sama tahun lalu sebesar 1,42%. Sebagai informasi, Bank Indonesia melaporkan rasio gross NPL pada akhir Februari sebesar 3,08%.
Perseroan juga membukukan peningkatan saldo dana pihak ketiga untuk mendukung pertumbuhan kredit bank. Dana pihak ketiga tercatat bertumbuh 8% secara tahunan menjadi Rp 106,73 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp 98,93 triliun.
Peningkatan dana pihak ketiga tersebut utamanya berasal dari saldo CASA yang tumbuh sebesar 21% dari tahun sebelumnya menjadi Rp 37,02 triliun dan saldo deposito yang tumbuh sebesar 2% menjadi Rp 69,71 triliun. Adapun, rasio CASA pada kuartal I 2022 meningkat menjadi 34,7%, dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 30,9%.
Di sisi lain, perseroan mencatat kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 2% menjadi Rp 2,85 triliun pada kuartal pertama tahun ini, dari sebelumnya Rp 2,78 triliun.
Kenaikan tersebut dikontribusikan oleh pertumbuhan kredit dan penurunan beban bunga sebesar 17% menjadi Rp 818 miliar dari sebelumnya Rp 991 miliar dengan meningkatnya saldo CASA, serta menurunnya suku bunga time deposit.
Kemudian, rasio likuiditas dan pendanaan atau liquidity coverage ratio (LCR) berada pada 203,5% dan rasio pendanaan stabil bersih atau net stable funding ratio (NSFR) berada pada 117,9% per 31 Maret 2022. Lalu, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) tercatat sebesar 25,6% di kuartal I 2022.
Sementara itu, produk bank digital perseroan yakni Jenius turut mencatatkan kenaikan pengguna sebesar 19% menjadi 3,78 juta pengguna dari sebelumnya sebanyak 3,2 juta pengguna. Juga, simpanan pihak ketiga tercatat naik 13% menjadi Rp 16,2 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp 14,3 triliun.