Daftar Bank dan Asuransi Dunia yang Masih Mendanai Sektor Batu Bara

Muhamad Fajar Riyandanu
22 Juli 2022, 19:48
pembiayaan batu bara, bank, asuransi
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (14/5/2022).

Sejumlah bank dan penyedia layanan asuransi dunia masih membuka diri terhadap bisnis batu bara di tengah menguatnya tren komitmen iklim dan gelombang percepatan transisi energi.

Melansir laporan Institute dor Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) Coal Divestment, bank-bank internasional seperti Citi baru akan menghentikan pendanaan mereka kepada perusahaan batu bara mulai 2030.

Bank asal Amerika Serikat (AS) ini berencana menghentikan pembiayaan bagi perusahaan yang memperoleh 25% dari pendapatan mereka dari penambangan batu bara termal. Walau begitu, mereka akan secara bertahap menyetop pembiayaan terkait proyek pembangkit listrik tenaga uap batu bara baru atau perluasan pembangkit eksisting.

Selanjutnya ada Banco Santander. Bank yang berbasis di Spanyol ini baru akan berhenti memberikan layanan keuangan kepada klien pembangkit listrik yang memiliki pendapatan lebih besar dari 10% pada batu bara termal pada 2030.

Kebijakan serupa juga diterapkan oleh UniCredit. Bank asal Italia ini baru akan menghentikan semua pinjaman untuk proyek batu bara termal mulai tahun 2023 sembari meningkatkan eksposur ke sektor energi terbarukan.

Ketetapan pemberian pendanaan bagi perusahaan batu bara juga masih dilakukan oleh duet bank asal Inggris, yakni HSBC dan Lloyds Banking Group. HSBC akan menghentikan pembiayaan batu bara termal di Uni Eropa (UE) pada 2030 dan di seluruh dunia satu dekade kemudian.

Sementara Lloyds Banking Group baru akan sepenuhnya keluar dari semua entitas yang mengoperasikan fasilitas batu bara termal pada 2030.

Sementara itu bank asal Asia yang masih membiayai industri batu bara adalah Bank E.SUN FHC. Lembaga keuangan asal Taiwan ini baru akan menghapus pembiayaan kepada pelaku usaha batu bara secara bertahap pada 2035, termasuk perusahaan yang 5% atau lebih pendapatannya berasal dari bisnis batu bara.

Ini termasuk pada pembiayaan PLTU batu bara, pertambangan dan infrastruktur batu bara, perdagangan batu bara, dan transportasi batu bara.

Bank asal Malaysia CIMB baru akan menghapus batu bara dari portofolionya pada 2040. Sedangkan instutusi keuangan asal Filipina, Rizal Commercial Banking Corporation (RCBC) pada 2031 akan menghentikan pinjaman untuk PLTU batu bara.

Selain bank, ada juga sejumlah lembaga penyedia jasa asuransi yang masih membuka kerja sama dengan para perusahaan batu bara. Salah satunya adalah asuransi IAG. Bank yang berbasis di Australia ini akan menghentikan entitas penjamin emisi terutama dalam bisnis ekstraksi bahan bakar fosil dan pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil mulai 2023.

Kemudian ada lembaga asuransi asal Prancis, CNP Assurances. Mereka baru akan menghentikan layanan asuransi kepada perusahaan batu bara di UE pada tahun 2030 dan pada tahun 2040 di seluruh dunia.

Hal serupa juga dilakukan oleh lembaga asuransi asal Prancis, AXA. Mereka akan menutup layakan kepada perusahaan batu bara secara bertahap pada tahun 2030 di negara-negara UE dan menyusul ke seluruh dunia pada 2040.

Namun dari semua bank-bank tersebut, tidak ada yang mampu menyaingi besarnya dukungan finansial terhadap sektor batu bara yang diberikan oleh perbankan Cina. Menurut BloombergNEF, sepanjang tahun ini hingga April 2022, lembaga keuangan Negeri Panda telah menggelontorkan US$ 10 miliar untuk sektor batu bara.

Saat ini Cina memiliki sekitar 260 gigawatt PLTU batu bara yang direncanakan akan dibangun atau sedang dibangun. Itu lebih besar dibandingakan rencana pembangunan pembangkit batu bara di seluruh negara-negara G20.

Sejauh tahun ini, 10 penerbit obligasi teratas untuk proyek-proyek terkait batu bara secara global semuanya berbasis di Cina, yakni China Securities di urutan teratas, diikuti oleh China Citic Bank, Huatai Securities Co. dan China Construction Bank Corp.

Sementara di dalam negeri, p eneliti dan Manajer Program Trend Asia, Andri Prasetiyo mengatakan bank dalam negeri yang belum berani mengambil sikap tegas terhadap kebijakan mereka yang masih mendanai proyek pertambangan batu bara.

Meski demikian, menurut dia, sejumlah bank dalam negeri sudah memberikan beberapa sinyal seperti adanya wacana Environmental, Social, and Governance (ESG) yang digunakan untuk mengukur keberlanjutan dan dampak etis dari hasil investasi dalam bisnis atau perusahaan.

Mereka juga dirasa sudah mendapat dorongan untuk mengubah kebijakan mereka ke pendanaan hijau. "Bank lokal masih setengah hati dari pendanaan batu bara. BRI pernah menyatakan itu, tapi belum ada keterangan tertulis pasca komitmen verbal mereka di konferensi World Economic Forum Swiss lalu," ujar Andri.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...