BI Kerek Bunga Acuan, Penyaluran Kredit Bank Diramal Hanya Tumbuh 7%
Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan 0,5% menjadi 5,25%. Penyaluran kredit oleh bank pun diprediksi hanya tumbuh 6% - 7% secara tahunan (year on year/yoy).
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, kenaikan suku bunga acuan yang cukup agresif akan menekan pertumbuhan kredit, baik modal kerja, modal investasi, dan konsumsi.
"Suku bunga kredit perbankan akan disesuaikan lebih cepat. Ini efeknya akan membuat pertumbuhan kredit hanya 6% - 7% yoy," kata Bhima kepada Katadata.co.id, Jumat (18/11).
Ia pun memperkirakan, bank semakin selektif memberikan kredit kepada debitur, dengan mempertimbangkan profil risiko. Apalagi, BI diprediksi masih mengerek bunga acuan tahun depan.
Jika itu terjadi, maka perbankan akan berebut likuiditas di tengah era bunga mahal.
"Bank mungkin akan banyak menawarkan spesial rate dan ini menjadi persaingan kurang sehat nantinya,"ujarnya.
Kondisi tersebut akan memukul bank-bank dengan likuiditas dan modal inti kecil.
Pengamat Perbankan Paul Sutaryono juga memperkirakan bahwa penyaluran kredit tertekan. Selain karena suku bunga acuan yang melonjak, ada kekhawatiran resesi ekonomi.
Ia memprediksi terjadi perang bunga deposito, terutama bank menengah ke bawah.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa bank sentral di banyak negara terus memperkuat pengetatan kebijakan moneter yang agresif. Ini sebagai respons tekanan inflasi yang tinggi.
Selain itu, kenaikan suku bunga acuan bank bank sentral Amerika Serikat (AS), Fed Funds Rate (FFR) diperkirakan berlanjut hingga awal tahun depan, dengan siklus lebih panjang. Hal ini membuat dolar AS menguat dan menekan rupiah.