Jual BPI, Merdeka Copper Siapkan IPO Anak Usaha Bidang Baterai EV

 Zahwa Madjid
18 Januari 2023, 15:24
Ilustrasi tambang milik Merdeka Copper
merdekacoppergold.com
Ilustrasi tambang milik Merdeka Copper

PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) menandatangani perjanjian jual beli saham PT Batutua Pelita Investama (BPI) kepada anak usahanya yang bergerak di bisnis produksi baterai electric vehicle (EV) PT Merdeka Battery Materials (MBM). 

Produsen emas, perak, tembaga dan mineral tersebut melepas sebanyak 1,44 juta saham BPI senilai Rp 1,24 triliun. Perjanjian tersebut berlaku mulai 13 Januari 2023. Demikian tertulis dalam keterbukaan informasi BEI, Rabu (18/1).

Sebagai informasi MBM merupakan anak usaha MDKA dengan kepemilikan tidak langsung melalui PT Merdeka Energi Nusantara sebesar 59,88%.

Dari transaksi tersebut, BPI sebagai bagian dari MBM dapat menjalankan kegiatan usahanya secara efisien dan efektif. Sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi MBM melalui anak-anak perusahaannya.

Sebagai informasi Merdeka Copper Gold mengakuisisi 51% saham aset nikel pada Maret 2022 seharga US$ 375 juta.

Secara terpisah, CLSA Securities menyebutkan Merdeka Copper tengah menyiapkan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham unit bisnis nikel MBM yang akan dilakukan dalam waktu dekat. IPO tersebut akan memposisikan MBM sebagai proxy utama lainnya untuk tema EV Indonesia. Serta dapat menyediakan dana untuk belanja modal pembangunan dan menyadari nilai MBM dalam valuasi sum of the parts perseroan. 

CLSA pun lantas mempertahankan peringkat beli dengan target harga di Rp 5.700 per saham seperti yang telah diperkirakan untuk nilai nikel. “MBM menyumbang 22% dari valuasi dan kami berharap pasar akan memberikan harga yang lebih dekat dengan valuasi saat listing semakin dekat,” tulis CLSA.

CLSA menjelaskan porsi signifikan dalam valuasi perseroan terletak pada cadangan emas Pani dan tembaga Tujuh Bukit. Keduanya ditargetkan untuk dikomersialkan pada 2025-2026 dan membutuhkan belanja modal (capex) masing-masing US$ 600 juta dan US$ 1,5 miliar. 

“EBITDA mereka terus meningkat tetapi tidak cukup untuk mendanai capex ini,” tulis CLSA dalam risetnya.

CLSA mengharapkan lebih banyak penggalangan modal ke depan untuk mendanai pembangunan. 

Reporter: Zahwa Madjid
Editor: Lona Olavia

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...