Laba BRI Meroket 67%, Paling Jumbo Dibandingkan Mandiri, BNI dan BCA

Syahrizal Sidik
8 Februari 2023, 12:56
Laba BRI Paling Jumbo di Antara, Mandiri, BNI dan BCA
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/tom.
Ilustrasi. BRI membukukan perolehan laba bersih terbesar sepanjang tahun 2022, lebih tinggi dari Bank Mandiri, BCA dan BNI.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengumumkan kinerja keuangan sepanjang tahun 2022 dengan membukukan laba bersih senilai Rp 51,40 triliun. Perolehan laba bersih BRI sepanjang tahun lalu menjadi paling jumbo di antara empat perbankan berkapitalisasi pasar besar (the big four) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Posisi kedua ditempati oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang tercatat mengantongi laba bersih senilai Rp 41,2 triliun. Lalu, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan torehan laba bersih Rp 40,7 triliun dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) senilai Rp 18,31 triliun.

Berikut terkait kinerja empat emiten bank terbesar sepanjang 2022:

1. BRI 

BRI membukukan perolehan laba bersih senilai Rp 51,40 triliun sepanjang tahun 2022 secara konsolidasi. Perolehan laba bersih tersebut meningkat 67,15% secara tahunan. Bank BRI tercatat membukukan pendapatan bunga bersih senilai Rp 124,59 triliun, meningkat 9,20% dibanding perolehan yang sama pada tahun 2021 senilai Rp 114,09 triliun.

Dari sisi penyaluran kredit, BRI telah mengucurkan senilai Rp 1.139,08 triliun. Porsi terbesar di segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) senilai Rp 965,30 triliun atau setara 84,74% dari portofolio kredit. Adapun, kredit mikro BRI mencatatkan pertumbuhan sebesar 13,92% secara tahunan.

Aset BRI sampai dengan Desember 2022 tercatat naik 11,18% menjadi Rp 1.865,64 triliun. Sedangkan, perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 14,85% menjadi Rp 1.307,88 triliun. Berdasarkan komposisi penyokong DPK, murah atau CASA sekitar 66,70%. Peningkatan komposisi CASA tersebut turut berimbas pada efisiensi biaya dana (cost of fund) BBRI menjadi 1,87%.

Adapun, dari sisi rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) secara kotor (gross), mengalami penurunan dari 3,08% menjadi 2,82% di Desember 2022. Sedangkan, NPL bersih (net) BRI sedikit mengalami peningkatan menjadi 0,73% dari tahun sebelumnya 0,70%. NPL coverage tercatat senilai 305,73%. Rasio pinjaman terhadap simpanan bank yang fokus pada pembiayaan UMKM ini sampai dengan Desember 2022 tercatat sebesar 87,09% dengan rasio kecukupan modal atau CAR 25,54%.

2. Bank Mandiri

Bank Mandiri meraup laba bersih Rp 41,2 triliun hingga kuartal IV 2022. Laba Bank pelat merah tersebut naik 46,9% secara tahunan (year on year/YoY). Pertumbuhan laba bersih ditopang optimalisasi fungsi intermediasi perseroan. Hingga akhir 2022, kredit secara konsolidasi tercatat tumbuh 14,48% YoY menjadi Rp 1.202,2 triliun.

Adapun, rasio non performing loan (NPL) Bank Mandiri secara bank only menurun sebesar 93 basis poin (bps) secara YoY ke level 1,88%. Meski NPL relatif menurun, perseroan tetap melakukan peningkatan rasio pencadangan atau NPL coverage ratio hingga 311% pada akhir tahun 2022.

"Bank Mandiri telah membukukan biaya CKPN secara bank only sebesar Rp 10,3 triliun dengan rasio NPL coverage berada di level yang memadai," kata Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi.

Sementara, total aset Bank Mandiri secara konsolidasi menyentuh Rp 1.992,6 triliun atau tumbuh 15,5% secara tahunan. Dirinci berdasarkan segmennya, kredit Bank Mandiri didominasi oleh kredit korporasi yang mencapai Rp 414,1 triliun, pada akhir 2022. Capaian tersebut naik 11,8% dari periode tahun sebelumnya Rp 370,2 triliun. Selain itu, kredit komersial tumbuh sebesar 13,0% YoY menjadi Rp 196,3 triliun di akhir 2022 lalu.

3.BCA

BCA beserta entitas anak membukukan laba bersih senilai Rp 40,7 triliun di tahun 2022, atau tumbuh 29,6% secara tahunan (year on year/YoY). Kenaikan laba itu seiring dengan pemulihan permintaan kredit seperti kredit korporasi yang naik 12,5% YoY menjadi Rp 322,2 triliun di Desember 2022. Sementara kredit komersial dan UKM meningkat 10,1% YoY mencapai Rp 210,2 triliun. Adapun, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tumbuh 11,0% YoY menjadi Rp 108,3 triliun.

Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) naik 13,6% YoY menjadi Rp 46,1 triliun, mampu meningkat dari penurunan di tahun sebelumnya. Saldo outstanding kartu kredit juga tumbuh 13,4% YoY menjadi Rp 13,8 triliun. Lalu, total portofolio kredit konsumer tercatat naik 11,7% YoY menjadi Rp 171,3 triliun.

Secara keseluruhan, total kredit BCA naik 11,7% YoY menjadi Rp 711,3 triliun di Desember 2022, lebih tinggi dari target pertumbuhan 8%-10%. Penyaluran kredit ke sektor-sektor berkelanjutan tumbuh 14,9% YoY mencapai Rp 183,2 triliun di Desember 2022, berkontribusi hingga 25,4% terhadap total portofolio pembiayaan BCA.

Dari sisi rasio loan at risk (LAR) BCA turun ke 10% di tahun 2022, dibandingkan 14,6% di tahun 2021. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) tercatat sebesar 1,7% di 2022, turun dari 2,2% di tahun sebelumnya. Sementara itu, CASA naik 10,6% YoY mencapai Rp847,9 triliun per Desember 2022, berkontribusi hingga 82% dari total dana pihak ketiga. Secara keseluruhan, total dana pihak ketiga tumbuh 6,5% YoY menjadi Rp 1.040 triliun, sehingga mendorong total aset BCA naik 7,0% YoY menjadi Rp 1.315 triliun.

4.BNI

BNI membukukan laba bersih sebesar Rp 18,31 triliun sepanjang 2022. Angka ini naik hingga 68% dibandingkan laba bersih tahun sebelumnya. Realisasi laba bersih tersebut lebih tinggi dari yang diestimasikan. Realisasi ini di atas pencapaian sebelum pandemi dan menjadi rekor tertinggi dalam sejarah BNI. 

"Total kredit yang disalurkan di tahun 2022 telah mencapai Rp 646,19 triliun, tumbuh di atas target awal perusahaan yaitu mencapai 10,9% secara tahunan," ujar Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar dalam Paparan Kinerja Keempat 2022, Selasa (24/1).

"Diikuti dengan net interest margin (NIM) yang terjaga di posisi 4,8%. Pertumbuhan kredit yang sehat ditopang oleh ekspansi bisnis dari debitur top-tier dan bisnis turunannya yang berasal dari value chain debitur."

Sebagai informasi, pada tahun 2019 atau sebelum masa pandemi Covid-19, laba bersih BNI mencapai Rp 15,3 triliun. "Kredit kami tumbuh 10,9% secara tahunan dengan sumber pertumbuhan dari nasabah yang tentunya berkualitas baik," lanjut Royke.

Penyaluran kredit yang dilakukan secara selektif ini, jelas Royke, berdampak pada perbaikan kualitas aset. Di mana rasio loan at risk (LAR) BNI turun dari 23% menjadi 16% dan tingkat biaya kredit turun dari 3,3% menjadi 1,9% di tahun 2022.

Dari sisi likuiditas, BNI berhasil mencatatkan pertumbuhan dana murah atau CASA yang kuat sebesar 10,1% secara tahunan. Dana tersebut dihasilkan dari strategi perseroan untuk membangun transaction-based CASA, melalui penyediaan solusi keuangan dan transaksi yang komprehensif.

Pertumbuhan fee based income tercatat sebesar 8,7% secara tahunan menjadi Rp 14,8 triliun. Hal ini dicapai dengan melakukan pergeseran pola pertumbuhan fee based income untuk mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan biaya transfer melalui program BI Fast. 

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail, Zahwa Madjid

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...