Wamen BUMN Sebut BRI dan BNI Akan Keluar dari Pemegang Saham BSI
Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo atau Tiko mengatakan, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) nantinya akan keluar secara perlahan dari pemegang saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BRIS.
Namun demikian, Tiko menyampaikan akan tetap mempertahankan Bank Mandiri sebagai pemegang saham pengendali BSI. Selain itu, pemerintah juga akan tetap menjadi pemegang saham dwiwarna. "Kalau misalnya BRI atau BNI sebagai pemegang saham mulai exit, kira-kira siapa yang bisa menggantikan dan berapa size-nya," kata Tiko saat ditemui wartawan di Ritz Carlton, Rabu (15/2).
"Dari pemegang saham pengendali Bank Mandiri jadi pengendali selamanya serta ada [investor] strategis. [Nantinya] BRI, BNI perlahan akan keluar dari BSI, kita lihat peluang pasar."
Mengacu struktur kepemilikan saham BRIS sampai dengan 31 Januari 2023, Bank Mandiri menguasai 51,47% saham. BNI memiliki 23,24% saham, BRI tercatat mengantongi 15,38% saham. Sedangkan, sisanya dimiliki oleh masyarakat 9,91% dan pemerintah 1 lembar saham.
Tiko mengatakan, pembicaraan ini akan terus berproses dengan berdiskusi kepada investor potensial untuk BSI. Dirinya mengaku ingin mendapatkan bank global sebagai investor BSI, dengan harapan bisa menaikkan kelas BSI di level global.
Sebelumnya, (BRIS) berencana menerbitkan saham baru untuk menambah modal melalui mekanisme hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Saham baru ditawarkan dengan harga pelaksanaan Rp 1.000 per saham. Emiten perbankan anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ini berencana menerbitkan 4,99 miliar saham baru.
Jumlah tersebut setara dengan 10,48% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah rights issue. Perusahaan menerbitkan saham baru dengan nilai nominal Rp 500 per saham. Target jumlah dana yang akan diterima perseroan dalam rangka HMETD diperkirakan mencapai Rp 4,99 triliun.
Setelah aksi rights issue tersebut kepemilikan saham Bank Mandiri di BSI menjadi 51,4% 50,8%. Namun, setelah aksi rights issue, saham BSI yang dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia turun menjadi 15,38%. Sementara itu saham BSI yang dimiliki oleh Bank Negara Indonesia juga turun menjadi 23,24%.
Adapun, BSI membukukan laba bersih sebesar Rp4,26 triliun atau tumbuh 40,68% secara tahunan (yoy) sepanjang 2022. pertumbuhan laba perseroan diiringi dengan meningkatnya aset BSI yang saat ini mencapai Rp 305,73 triliun atau tumbuh 15,24% yoy.
Peningkatan laba bersih juga didorong oleh pencapaian kinerja penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 261,49 triliun yang tumbuh 12,11% secara yoy dan pembiayaan yang tumbuh 21,26% secara yoy menjadi Rp 207,70 triliun.