Pendapatan XL Axiata Naik 9%, tapi Laba Turun jadi Rp 1,1 Triliun
Emiten telekomunikasi PT XL Axiata Tbk (EXCL) membukukan pendapatan sebesar Rp 29,2 triliun sepanjang tahun 2022. Pendapatan tersebut naik 9% secara tahunan atau year on year (YoY) dibandingkan 2021 yakni Rp 26,7 triliun.
Adapun pertumbuhan didukung oleh penyediaan produk yang berkelanjutan dan jaringan yang mumpuni. Selain itu juga didukung oleh total pendapatan data dan layanan digital yang mencapai Rp 26,6 triliun atau 91% dari total pendapatan perusahaan.
Seluruh pertumbuhan tersebut berdampak positif terhadap EBITDA EXCL yang tumbuh 7% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan margin 49% menjadi Rp 14,2 triliun.
Selain itu XL Axiata juga membukukan pertumbuhan laba bersih setelah dinormalisasi (NPAT) yang meningkat 1% yaitu sebesar Rp 1,1 triliun.
Akan tetapi, laba yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk EXCL tercatat turun menjadi Rp 1,1 triliun sepanjang 2022, dibandingkan dengan laba bersih pada 2021 yang sebesar Rp 1,3 triliun
Presiden Direktur & CEO XL Axiata Dian Siswarini mengatakan, sepanjang tahun 2022 industri telekomunikasi Indonesia diwarnai dengan persaingan yang cukup ketat, terutama pada periode kuartal keempat.
"Konsumsi data oleh pelanggan XL Axiata tetap kuat terutama didorong oleh streaming video, yang kami perkirakan akan terus berlanjut di tahun 2023," kata Dian dalam keterangan resminya, Senin (20/2).
Dian juga menjelaskan investasi EXCL yang masif dalam infrastruktur jaringan, baik untuk perluasan atau peningkatan kapasitas, digitalisasi, personalisasi layanan dan pengoptimalan penggunaan spektrum, mampu meningkatkan pengalaman pelanggan.
Pada 2022, XL Axiata juga berhasil mempertahankan pelanggan dengan fokus terus meningkatkan pengalaman dan kenyamanan pelanggan yang lebih baik.
Selain itu blended ARPU (average revenue per user) EXCL juga meningkat menjadi Rp 39 ribu dari Rp 36 ribu di periode tahun sebelumnya, dengan total pelanggan mencapai 57,5 juta pelanggan.
Dian menambahkan, salah satu kunci pertumbuhan XL Axiata adalah personalisasi penawaran dan layanan. Hasil dari strategi personalisasi yang didukung dengan digitalisasi dan peningkatan kualitas jaringan, berhasil meningkatkan nilai NPS (net promoter score) secara signifikan hingga sebesar 4,5 kali sehingga mendorong penggunaan layanan dan pada akhirnya membantu meningkatkan pendapatan.
“Hasil dari implementasi operasional berbasis digital melalui penerapan data analitik juga memungkinkan XL Axiata berinvestasi di area yang bernilai tinggi dan membangun jaringan untuk memenuhi permintaan kebutuhan seluruh segmen pelanggan,” kata Dian.
XL Axiata juga menjalankan strategi transformasi digital 2.0 untuk mengembangkan pengalaman pelanggan lewat aplikasi MyXL dan My Axisnet. Kedua aplikasi itu telah memberikan hasil yang signifikan pada bulan Desember 2022. Yaitu tercatat sekitar 25 juta pelanggan telah aktif menggunakan MyXL dan MyAxisnet, dengan pertumbuhan pengguna aktif mencapai 62%.
Selain itu hingga akhir tahun 2022 37% dari pelanggan XL Home telah beralih menjadi pelanggan XL SATU. Hal tersebut menunjukkan kuatnya permintaan atas produk konvergensi ini.
Menurut Dian, akuisisi Linknet yang dilakukan tahun 2022 lalu juga akan sangat mendukung pengembangan produk konvergensi ini di masa mendatang. Selain itu XL Axiata juga telah menuntaskan akuisisi Hypernet.
"Langkah ini akan semakin memperkuat portofolio XL Axiata pada layanan korporasi. Melanjutkan akuisisi Linknet, XL Axiata bersama Linknet juga telah meluncurkan produk kolaborasi di kuartal ketiga tahun 2022," kata Dian.
Capex Rp 8 Triliun
Sementara itu untuk tahun 2023, XL Axiata mengalokasikan belanja modal (capex) sebesar Rp 8 triliun. Perseroan juga menargetkan kenaikan EBITDA Margin 49%.
Dian mengatakan, ada sejumlah peluang positif di industri telekomunikasi Indonesia di tahun 2023 yang bisa dimanfaatkan oleh XL Axiata untuk dapat meningkatkan performa ke depan. Peluang-peluang tersebut yakni pertama, permintaan pada layanan fixed data. Di mana penetrasi untuk layanan ini masih cukup rendah, yang berarti tersedia potensi besar bagi operator telekomunikasi untuk meraih pertumbuhan tinggi baik di layanan konsumer maupun segmen korporasi.
Kedua, permintaan untuk layanan digital akan tetap kuat karena masyarakat merasa mendapatkan banyak kemudahan dengan gaya hidup hibrida, baik untuk bekerja, belajar, rekreasi, hingga belanja. CAGR untuk konsumsi data pengguna layanan seluler diproyeksikan mencapai 16% hingga 2026.
Ketiga, pelanggan menginginkan layanan yang simple sekaligus komplit. Ini merupakan peluang untuk produk konvergensi yang bisa memberikan pengalaman lengkap bagi pelanggan XL Axiata dengan ARPU yang lebih tinggi dan berkualitas.
"Tahun ini XL Axiata akan menggandakan strategi konvergensi dengan menambahkan lebih banyak fitur," ucap Dian.
Selain itu, XL kata Dian juga akan meningkatkan proposisi segmen keluarga untuk menyediakan ekosistem yang lebih komprehensif dan relevan bagi pelanggan. Salah satunya adalah e-SIM yang akan segera diluncurkan pada semester pertama 2023.
Selain itu, XL Axiata juga akan meningkatkan sinergi operasi digital, dengan memanfaatkan convergence dan omnichannel touchpoints, menyatukan jalur distribusi, serta memanfaatkan sinergi lebih dari 130 ribu distribusi touch point.
"Kami berharap semua itu akan bisa meningkatkan penjualan XL SATU ke pasar keluarga. Penetapan harga dinamis juga akan memperjuangkan relevansi XL Satu dengan setiap klaster secara khusus. Kami berharap mampu menutup tahun 2023 mendatang dengan 450 ribu home connect dan 150 ribu pelanggan beralih menggunakan layanan konvergensi," kata Dian.