BRI Terbitkan Obligasi Subordinasi Rp 500 M, Bunganya 6,45%
Emiten bank BUMN, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), menerbitkan obligasi subordinasi dengan nilai pokok sebesa Rp 500 miliar.
Obligasi subordinasi merupakan obligasi yang kewajiban pembayarannya tidak dijamin dengan suatu agunan khusus dan tidak dengan jaminan apapun oleh perusahaan maupun entitas anak.
Berdasarkan prospektus yang dipublikasikan perusahaan pada Selasa (27/6), obligasi subordinasi IV Bank BRI Tahun 2023 ini menawarkan bunga sebesar 6,45% setiap tahun. Bunga obligasi akan dibayarkan setiap tiga bulan sekali. Masyarakat dapat membeli surat utang korporasi ini mulai Rp 5 juta atau kelipatannya.
Adapun, bunga obligasi subordinasi pertama BBRI akan dibayarkan pada 6 Oktober 2023 sedangkan pembayaran terakhir pada 6 Juli 2028 mendatang.
Penawaran umum obligasi ini telah mendapat pengkat double A atau idAA dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).
Perusahaan menunjuk PT Bank Tabungan Negara Tbk sebagai wali amanat dan PT BRI Danareksa Sekuritas sebagai penjamin emisi efek.
Katadata mencatat, sebelumnya perusahaan juga beberapa kali menerbitkan obligasi subordinasi. Manajemen menyebutkan dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan digunakan untuk memperkuat modal pelengkap atau tier 2 sesuai dengan ketentuan POJK 11/2016.
Berikut jadwal penerbitkan obligasi subordinasi BRI:
- Tanggal efektif: 26 Juni 2023
- Masa penawaran umum: 3 Juli 2023
- Tanggal penjatahan : 4 Juli 2023
- Tanggal pengembalian uang pemesanan: 6 Juli 2023
- Tanggal distribusi obligasi subordinasi secara elektronik: 6 Juli 2023
- Pencatatan efek di BEI: 7 Juli 2023
Sampai dengan periode kuartal pertama 2023, bank yang fokus pada pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ini membukukan laba bersih secara konsolidasi senilai Rp 15,56 triliun. Perolehan laba bersih tersebut tercatat naik 27,37% secara tahunan dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 12,21 triliun.
BRI tercatat menyalurkan total kredit senilai Rp 1.180,12 triliun. Rinciannya, kredit itu disalurkan kepada sektor UMKM Rp 989,64 triliun dan kredit non UMKM sebesar Rp 190,48 triliun. Adapun, kredit mikro tercatat naik 11,18% dengan proporsi kredit UMKM sebesar 83,36%.
Total aset perusahaan tercatat tumbuh 10,46% menjadi Rp 1.822,97 triliun dengan dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun mencapai Rp 1.255,45 triliun atau tumbuh 11,45%.