Strategi Investasi di Tahun Pemilu, Instrumen Apa yang Paling Menarik?

Lona Olavia
4 Oktober 2023, 15:37
Strategi Investasi di Tahun Pemilu, Instrumen Apa yang Paling Menarik?
ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc.
Warga berjalan di depan mural bertema Pemilu 2024 di Jalan Perjuangan Raya, Jakarta, Kamis (28/9/2023).

Masyarakat Indonesia bersiap menyambut pesta demokrasi 2024, dengan Pemilu legislatif dan presiden pada 14 Februari 2024, serta Pilkada serentak pada 27 November 2024. Seperti di tahun-tahun sebelumnya, ketidakpastian politik terkait Pemilu kerap menimbulkan kekhawatiran sebagian investor di pasar modal. 

Padahal berdasarkan data historis, kinerja pasar saham dan obligasi di tahun pemilu lebih dipengaruhi oleh faktor makroekonomi global dan domestik dibandingkan faktor politik. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan pertumbuhan positif pada tiga pemilu terakhir. Pada tahun 2009, 2014, dan 2019, IHSG tercatat tumbuh sebesar 87%, 22,3%, dan 1,7% secara berurutan, menunjukkan bahwa IHSG naik atau positif di tahun pesta demokrasi.

“Secara historis pula, investasi riil tetap berjalan walau mengalami sedikit penurunan pertumbuhan di tahun-tahun Pemilu yang mengindikasikan kecenderungan para pelaku bisnis untuk menunda investasi di tahun politik,” kata Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan, Rabu (4/10).

Untuk Pemilu 2024, ia pun menyimpulkan bahwa baik pasar obligasi maupun pasar saham akan memiliki potensi pertumbuhan yang positif. Hal ini didukung oleh ekspektasi kebijakan suku bunga yang lebih akomodatif di 2024 dan valuasi pasar yang menarik. Selain itu, umumnya investor juga mengantisipasi fenomena window dressing di akhir tahun yang dilanjutkan dengan January effect pada awal tahun berikutnya.

Pasar obligasi menunjukkan potensi pertumbuhan ke arah positif. Optimisme terhadap pasar obligasi pun terjaga dengan baik, didukung oleh imbal hasil riil yang menarik dan fundamental makroekonomi yang kuat. Selain itu, jeda pada kenaikan suku bunga dan ekspektasi terbatasnya laju penguatan dolar AS dapat mendorong imbal hasil obligasi semakin turun, yang akan berdampak positif terhadap kinerja pasar obligasi.

Di sisi lain, ucap Katarina, pasar saham juga menawarkan titik masuk dan potensi kenaikan yang menarik.  Emiten masih terus memberikan kinerja yang tumbuh sehat.  Secara agregat, laba korporasi di semester pertama tahun 2023 mencapai 50%-51% dari perkiraan konsensus untuk sepanjang tahun 2023.  Selain itu, valuasi saham juga masih relatif murah.

Meski kinerja pasar saham dan obligasi di tahun Pemilu 2024 diyakini akan baik, namun menurut Katarina investor harus punya strategi investasi yang baik jelang tahun politik.

Guna menyusun strategi investasi, sebaiknya ketahui dulu kondisi pasar di luar dan dalam negeri serta kelas aset yang berpotensi memberikan kinerja positif.  Kemudian susun portofolio. Lalu sesuaikan komposisi aset di dalam portofolio dengan tujuan keuangan, jangka waktu, dan profil risiko investor.

“Sebaiknya para investor untuk tetap berinvestasi secara regular dan melakukan diversifikasi portofolio, disesuaikan dengan tujuan keuangan, jangka waktu dan profil risiko masing-masing. Dengan demikian, diharapkan risiko keseluruhan portofolio terjaga sementara hasil investasi semakin mendekati tujuan yang dicanangkan,” kata Katarina.

Sebagai penjelasan, pasar Asia masih menawarkan iklim investasi yang lebih ideal bagi para investor. Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang membaik, angka inflasi yang mulai melandai, dan suku bunga di kawasan ini juga diperkirakan sudah berada di puncaknya 

“Ini sangat bertolak belakang dengan kondisi di negara belahan dunia barat yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan serta inflasi yang tinggi,” ucap ia.

Pemulihan ekonomi Cina yang tidak terlalu positif, katanya membawa potensi keuntungan tersendiri bagi negara-negara lain di kawasan Asia untuk mendapatkan aliran dana investor asing yang mencari peluang di luar Cina.

Apalagi ada dukungan dari pasar domestik, ketika Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 21 September 2023 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%. Keputusan BI telah memperhitungkan potensi kenaikan suku bunga The Fed satu kali lagi hingga akhir tahun 2023. 

Faktor lainnya dari domestik adalah perekonomian Indonesia yang dipandang masih tetap bagus. Hal ini didukung oleh angka inflasi bulan Agustus 2023 yang tetap terjaga di kisaran sasaran 3% plus minus 1%.

Serta relatif stabilnya nilai tukar rupiah yang menjadi salah satu penopang utama sentimen terhadap aset investasi Indonesia, baik untuk portofolio investasi maupun penanaman modal. Dibandingkan mata uang negara lain yang hampir seluruhnya melemah terhadap dolar AS, pelemahan rupiah masih lebih terjaga.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...