Penerapan ESG di Sektor Keuangan Masih Terbatas, Berikut Penyebabnya
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mengungkapkan ada sejumlah tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan Environmental, Social and Governance (ESG) atau Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola terutama di pasar keuangan.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan, investasi terkait ESG kini telah dipersepsikan sebagai faktor utama dalam keberlanjutan bisnis. Indikasinya, dalam riset yang dipaparkan, menunjukkan data penandatanganan prinsip investasi bertanggung jawab atau Principles for Responsible Investment (PRI) meningkat signifikan.
Menurut data tersebut, terdapat 5.374 penandatanganan prinsip investasi bertanggung jawab hingga November 2023. Selain itu, penerbitan surat utang global terkait ESG mencapai US$ 1,5 triliun di 2022, meningkat hampir 15 kali dibandingkan tahun 2015.
"Namun hasil riset Mandiri Institute menemukan sejumlah tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan ESG terutama di pasar keuangan. Hal ini tercermin dari masih minimnya diferensiasi produk ESG dan gaya pendanaan," kata Andry dalam konferensi pers Mandiri Sustainability Forum (MSF) 2023 secara virtual, Kamis (7/12).
"Ini terjadi, karena masih rendahnya kesadaran terkait ESG termasuk masih banyak yang belum percaya bahwa ESG sebagai prioritas," sebutnya.
Dalam hasil survei itu, ditemukan sebanyak 71% perusahaan terbuka meyakini praktik bisnis dengan prinsip ESG akan menjadi prioritas di masa depan. Namun hanya 57% baru sadar akan target Nationally Determined Contributions (NDC) atau penurunan emisi gas rumah kaca atau GRK hingga tahun 2030.
Di sisi lain, Andry menyebut hampir seluruh responden telah mempertimbangkan untuk melakukan praktik bisnis ESG ke depannya.
"Artinya, potensi bisnis berkelanjutan masih sangat terbuka dan Bank Mandiri berkomitmen kuat untuk mengoptimalkan potensi tersebut,” jelasnya.
Sebagai komitmen Bank Mandiri hingga kuartal III 2023, telah menyalurkan kredit ke sektor berkelanjutan sebesar Rp 253 triliun atau 24,9% dari total kredit perseroan.
Dari nilai tersebut, pembiayaan ke sektor hijau Bank Mandiri telah menembus Rp 122 triliun, setara dengan 12% penyaluran kredit di periode sama. Penyaluran Green Financing ini memperkuat posisi Bank Mandiri sebagai market leader dengan share sebesar etara dengan kurang lebih 30%.
Sementara dari sisi pendanaan, Bank Mandiri telah menerbitkan Sustainability Bond sebesar US$ 300 juta dengan 8,3 kali oversubscription rate. Kemudian, Bank Mandiri pun menjadi bank pertama di Indonesia yang melakukan ESG Repo Transaction dengan nilai mencapai US$ 500 juta.
Dalam catatannya, pada awal 2023 Bank Mandiri juga sudah menerbitkan Green Bond Tahap I sebesar Rp 5 triliun yang merupakan bagian dari rencana Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) dengan target dana sebesar Rp 10 triliun.