Harga Emas Meroket Setelah Iran Serang Israel
Harga emas global melonjak pada perdagangan Senin (15/4). Analis menilai, salah satu faktornya yakni serangan Iran ke Israel.
Emas menjadi investasi yang aman atau safe haven di tengah gejolak geopolitik. Harga emas melonjak ketika saham di indeks-indeks utama di bursa efek Amerika Serikat melemah pada Jumat (12/5).
Harga emas global naik 0,7% menjadi US$ 2,359.92 per ons setelah mencapai rekor US$ 2,431.29 pada Jumat. Harga logam mulia ini meningkat sekitar 14% sejak awal tahun.
“Semuanya tampak cukup terkendali,” kata Kepala Penelitian di Pepperstone Chris Weston dikutip dari Reuters, Senin (15/4). “Dari sudut pandang yang sangat sederhana, tindakan Iran tidak terlalu mengejutkan siapapun, karena sejalan dengan apa yang kami duga akhir pekan lalu.”
"Apa yang mungkin menyebabkan sedikit kenaikan harga emas, adalah gagasan bahwa kita bisa memperkirakan respons balasan lain dari Israel. Dan jika itu terjadi, hal itu dapat menyebabkan risiko aset menurun,” Weston menambahkan.
Iran meluncurkan puluhan serangan drone ke Israel pada Sabtu (13/5). Sebelum menyerang, Iran sudah menyatakan akan membalas serangan di fasilitas diplomatik di Ibu Kota Suriah, Damaskus pada 1 April.
Anadolu melaporkan, Iran mengonfirmasi serangan ke Israel tersebut. IRGC menyatakan bahwa militer menembakkan puluhan drone dan rudal ke arah Israel sebagai tanggapan atas banyak kejahatan yang dilakukan Israel, termasuk serangan pekan lalu terhadap bagian konsuler Kedutaan Besar Iran di Damaskus.
Garda Revolusi Iran mengatakan, serangan 300 drone dan rudal ke Israel tersebut merupakan bagian dari Operasi True Promise. Tujuannya, menghukum aksi Israel dalam serangan di Damaskus, Suriah, dua pekan lalu yang menewaskan perwira tinggi Iran.
Goldman Sachs pun memperbarui perkiraan harga emas dari US$ 2.300 menjadi US$ 2.700 per ons pada akhir tahun. Dalam catatan yang dikeluarkan untuk investor, bank ini memperhatikan bahwa kenaikan harga emas baru-baru ini tidak terkait dengan faktor makroekonomi umum.
Goldman Sachs mengidentifikasi faktor-faktor umum terkait harga emas seperti suku bunga riil, ekspektasi pertumbuhan, dan dolar Amerika. “Tak satu pun dari faktor-faktor ini yang dapat menjelaskan secara memadai tentang kecepatan dan skala pergerakan harga emas sepanjang tahun ini,” kata bank investasi itu.
Bank tersebut menyatakan bahwa emas masih memiliki banyak keunggulan untuk terus tumbuh di pasar. Ini mengingat permintaan yang konstan dari bank sentral, termasuk Bank Rakyat Tiongkok atau PBOC dan peningkatan permintaan ritel dari investor Cina.
Goldman Sachs menjelaskan, permintaan emas sebagai aset safe haven mungkin meningkat tergantung pada penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika yakni The Fed, yang mungkin terjadi akhir tahun ini. Selain itu, dipengaruhi oleh hasil pemilu AS.