Manulife Aset Manajemen Beberkan Kiat Investasi Saat Pasar Bergejolak
Di tengah gejolak tinggi pasar finansial, investor kerap galau berinvestasi karena dibayangi kekhawatiran atau ketakutan. Namun, adakalanya gejolak di pasar justru meningkatkan adrenalin dan menyulut keberanian investor untuk berinvestasi.
Jika menilik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), misalnya, sepanjang tahun ini sudah turun 2,82%. Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 6,27% ke level Rp 16.361. Investor harus memiliki strategi yang tepat dan menerapkan prinsip investasi yang pas ketika berinvestasi di tengah gejolak pasar. Berikut ini tips dari Freddy Tedja, Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia.
1. Selalu melakukan diversifikasi portofolio
Freddy mengatakan prinsip utama dalam berinvestasi yang harus diperhatikan investor adalah selalu melakukan diversifikasi portofolio. "Jangan pernah menempatkan uangmu pada satu keranjang, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di pasar finansial di masa depan," ujar Freddy.
Menurutnya, diversifikasi portofolio bisa melindungi investasi kita dari pergerakan naik dan turunnya pasar. Harapannya, ketika pasar bergejolak, tidak seluruh investasi kita terkena dampak dalam besaran yang sama.
Alhasil, kita masih memiliki pos investasi lain yang bisa mengompensasi atau setidaknya mengurangi penurunan investasi yang terjadi. Investor harus selalu fokus dengan apa yang bisa dikendalikan, diversifikasi dan fokus ke jangka panjang menjadi bagian dari caranya.
2. Rasional dan tidak emosional
Hal selanjutnya yang harus diperhatikan investor adalah bersikap rasional dan tidak emosional, terutama ketika pasar bergejolak. "Ketika pergerakan pasar cenderung naik dan hasil investasi membuahkan hasil, euforia yang terjadi membuat kita tidak berpikir rasional, sehingga menjadi lebih berani mengambil risiko dari yang sebenarnya bisa kita emban," tutur Freddy.
Demikian juga sebaliknya, ketika pasar menunjukkan pelemahan, ada kekhawatiran akan nilai investasi yang berkurang sehingga kita terburu-buru “lari” dari pasar. Tindakan irasional terkait profil risiko adalah salah satu penyebab umum kegagalan tujuan investasi.
3. Hindari “godaan” jangka pendek
Dalam berinvestasi, Freddy menyebut investor memang bisa kapan saja membeli atau menjual portofolio investasinya. Namun jika hal tersebut malah membuat kita kehilangan momentum pergerakan pasar, investasi kita malah bakal merugi.
Inilah yang harus dihindari oleh investor. Caranya dengan tetap berinvestasi dalam jangka yang cukup panjang. Dengan demikian, kita tidak akan kehilangan potensi dari hari-hari yang membawa imbal hasil yang optimal di pasar.
4. Investasi seharusnya untuk jangka panjang
"Kalau tujuannya jangka pendek, itu namanya menabung," kata Freddy. Pasar finansial akan selalu bergerak naik-turun, tanpa kita ketahui secara pasti. Semakin dini kita berinvestasi, semakin lama dan banyak kita memperoleh momentum kenaikan yang terjadi di pasar finansial.
"Volatilitas dan gejolak-gejolak jangka pendek yang terjadi sepanjang waktu akan terlihat smooth jika dilihat dalam perspektif jangka panjang," kata Freddy. Volatilitas-volatilitas jangka pendek itu justru dapat menjadi peluang untuk meraih imbal hasil lebih jika kita manfaatkan untuk menambah investasi kita.
5. Berinvestasi secara rutin
Tentu kita sering mendengar nasihat untuk berinvestasi secara rutin. Namun, tahukah Anda alasan di balik nasihat itu?
Menurut Freddy, dengan menginvestasikan dana kita secara berkala, kita bisa membeli lebih banyak unit investasi dengan harga lebih rendah dan lebih sedikit pada harga lebih tinggi. Ketika harga naik, kita memiliki lebih banyak unit investasi dengan keuntungan tebal dan lebih sedikit unit investasi dengan cuan tipis.
Dengan menerapkan lima jurus investasi tersebut, apapun kondisi pasar finansial, niscaya tidak akan mempengaruhi tujuan investasi yang sudah kita tetapkan di awa. "Yang penting adalah komitmen dan konsisten dalam berinvestasi," tutur Freddy menutup nasihatnya.