Asing Tinggalkan Pasar Keuangan Rp 9,7 Triliun Sepekan, BI Yakin Ekonomi Stabil

Ira Guslina Sufa
28 September 2024, 12:59
BI
ANTARA FOTO/Khalis Surry/foc.
Petugas menyerahkan uang pencahan kecil kepada Kepala Bank Indonesia Aceh Rony Widijarto (kanan) saat peluncuran Sebar Uang Rupiah di Bumoe Aceh (Seuramoe) di Kantor Bank Indonesia Aceh, Banda Aceh, Jumat (30/8/2024).
Button AI Summarize

Perkembangan aliran modal asing selama pekan keempat September 2024 menunjukkan beberapa tren signifikan yang memengaruhi kondisi nilai tukar Rupiah dan stabilitas ekonomi Indonesia. Bank Indonesia (BI), dalam laporannya, mencatat berbagai indikator ekonomi yang mencerminkan dinamika pasar global dan domestik, termasuk aliran modal asing dan pergerakan nilai tukar.

BI mencatat pada Kamis (26/9) nilai tukar Rupiah ditutup pada level Rp15.160 per dolar Amerika Serikat. Namun, pada Jumat (27/9) Rupiah menguat dan dibuka pada level Rp15.070 per dolar Amerika Serikat. 

Perkembangan ini terjadi di tengah melemahnya indeks dolar AS (DXY) yang turun ke level 100,56. Kenaikan yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun ke 6,47% juga turut memperkuat daya tarik pasar obligasi Indonesia bagi investor asing.

Meski demikian, arus modal keluar dari pasar saham dan pasar surat utang negara masih terlihat. Selama periode 23-26 September 2024, tercatat jual neto nonresiden sebesar Rp 9,73 triliun. Dana keluaar ini terdiri dari Rp 2,88 triliun di pasar saham, Rp 1,30 triliun di pasar SBN, dan Rp 5,55 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). 

Bila dilihat secara keseluruhan, pada 2024 aliran modal asing mencatatkan beli neto yang signifikan di berbagai instrumen keuangan. Hingga Kamis (26/9) beli neto nonresiden mencapai Rp 57,13 triliun di pasar saham, Rp 31,07 triliun di pasar SBN, dan Rp 193,60 triliun di SRBI.

Asisten Gubernur Bank Indonesia, Erwin Haryono menyatakan aliran modal asing yang terus masuk menunjukkan keyakinan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia. "Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait, serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," ujar Erwin seperti dikutip Sabtu (28/9). 

Premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia 5 tahun per 26 September 2024 berada pada level 67,36 basis poin (bps). Jumlah tersebut sedikit meningkat dibandingkan posisi 20 September 2024 yang berada di level 67,28 bps. 

Menurut Erwin, kenaikan ini mencerminkan adanya peningkatan risiko global, meskipun Indonesia masih berada dalam kategori aman bagi investor global. Bank Indonesia terus memantau dan menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah melalui berbagai kebijakan, termasuk intervensi di pasar valuta asing dan obligasi domestik. 

“Dukungan terhadap penguatan ketahanan eksternal sangat penting di tengah dinamika pasar global yang masih fluktuatif,” ujar Erwin. Secara keseluruhan BI berkeyakinan kondisi ekonomi Indonesia tetap kuat, didorong oleh aliran modal asing yang stabil dan kebijakan ekonomi yang tepat.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...