BI Yakin Rupiah Tetap Kuat Meski Perang di Timur Tengah Memanas

Rahayu Subekti
16 Oktober 2024, 19:32
perry, BI,rupiah,rupiah menguat
ANTARA FOTO/Muhammad Ramdan/aww.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberikan pemaparan kepada media terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Selasa (21/8/2024). BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau BI-Rate tetap di level 6,25 persen, suku bunga deposit facility tetap sebesar 5,5 persen, dan suku bunga lending facility tetap 7 persen.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Bank Indonesia optimistis nilai tukar rupiah masih berpotensi menguat meski perang di Timur Tengah semakin memanas. Kondisi geopolitik ini mendorong penguatan dolar AS dan berdampak pada melemahnya sejumlah mata uang, termasuk rupiah.

 “Bulan lalu Alhamdulilah nilai tukar yang sebelum ketegangan geopolitik kan Rp 15.150 per dolar AS. Kami masih melihat bisa mengarah stabil dan cenderung menguat,” kata Perry dalam konferensi pers RDG Bulanan BI, Rabu (16/10).

Perry mengakui dampak geopolitik dan faktor teknikal memengaruhi pergerakan rupiah sehari-hari. Namun, ia menegaskan tren pergerakan nilai tukar rupiah saat ini tetap stabil dan menguat.

“Kami masih meyakini rupiah akan stabil dalam jangka pendek dan cenderung menguat dari waktu-waktu ke depan,” ujar Perry.

Menurut Perry, rupiah ditopang oleh  imbal hasil surat berharga Indonesia yang masih menarik, inflasi rendah, dan defisit neraca transaksi berjalan tetap rendah. Di sisi lain, ia mengakui ada risiko dari defisit transaksi berjalan yang sudah melampaui 2%. 

Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Filipina hingga Korea

Bank Indonesia memastikan stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga sesuai dengan komitmen kebijakan yang ditempuh. Perry mengatakan nilai tukar rupiah pada bulan ini per 15 Oktober 2024 melemah 2,82% jika dibandingkan bulan sebelumnya.

“Pelemahan nilai tukar tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan ketidakpastian global akibat eskalasi ketegangan geopolitik di Timur Tengah,” kata Perry.

Meski begitu jika dibandingkan dengan level akhir Desember 2023, nilai tukar rupiah terdepresiasi hanya 1,17%. Pergerakan itu lebih baik dibandingkan dengan pelemahan Peso Filipina, Dolar Taiwan, dan Won Korea yang masing-masing terdepresiasi 4,25%, 4,58%, dan 5,62%.

Perry memastikan seluruh instrumen moneter akan terus dioptimalkan. “Ini termasuk penguatan strategi operasi moneter pro market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk modal asing dan mendukung penguatan nilai tukar rupiah,” ujar Perry.

Reporter: Rahayu Subekti
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...