Alasan Investasi SBN Masih Digandrungi di Tengah Tren Penurunan Suku Bunga

Nur Hana Putri Nabila
22 Oktober 2024, 18:16
Warga mencari informasi mengenai Surat Berharga Negara (SBN) jenis Sukuk Tabungan Seri ST010 di Jakarta, Kamis (18/3/2023).
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/hp.
Warga mencari informasi mengenai Surat Berharga Negara (SBN) jenis Sukuk Tabungan Seri ST010 di Jakarta, Kamis (18/3/2023).
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

BNI Sekuritas memprediksi minat investor ritel terhadap Surat Berharga Negara (SBN) tetap stabil di tengah proyeksi penurunan suku bunga acuan yang diperkirakan akan berlanjut hingga tahun depan.  Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe, mengatakan permintaan dari sektor ritel terhadap SBN kemungkinan besar masih akan tetap kuat.

 "Kalau secara demand (permintaan) kemungkinan besar masih akan ada," kata Amir dalam BNI Sekuritas Media Session bertajuk Prospek Pasar Obligasi 2024-2025”di Jakarta, Selasa (22/10).

 Amir mengatakan salah satu faktor utama yang diperhatikan investor ritel dalam memilih Surat Berharga Negara (SBN) adalah besaran kupon atau imbal hasilnya. Ia menilai kupon SBN ritel akan mengikuti perubahan kondisi ekonomi.  Apabila tren penurunan suku bunga terus berlanjut, imbal hasil SBN ritel kedepannya diperkirakan tidak akan setinggi yang ditawarkan saat ini.

Meski begitu, Amir mengingatkan SBN tetap merupakan instrumen investasi yang berisiko rendah karena dijaming undang-undang. Di samping itu, kesadaran masyarakat Indonesia terhadap berbagai jenis investasi di pasar modal semakin meningkat pasca-pandemi Covid-19.

Amir mengatakan, masyarakat mengetahui jika investasi pasar modal tidak hanya terbatas pada saham. Dengan semakin banyaknya pilihan instrumen investasi, para nasabah kini dapat menyusun portofolio yang lebih beragam dan komprehensif.

Selisih Imbal Hasil SBN RI Tertinggi di ASEAN

 Ia mengatakan kepemilikan asing terhadap Surat Berharga Negara (SBN) tercatat mencapai Rp 885,6 triliun per 15 Oktober 2024, meningkat dari Rp 870,6 triliun pada September 2024. Namun, faktor penentu lainnya yang harus diperhatikan adalah suku bunga obligasi yang ditawarkan. Salah satunya dilihat melalui indikator real yield differential atau selisih imbal hasil.

Berdasarkan data per 18 Oktober 2024, selisih imbah hasil obligasi pemerintah Indonesia tercatat di angka 3,14%, tertinggi di antara negara-negara tetangga. Sebagai perbandingan, real yield differensial Filipina berada di 2,16% dan Malaysia hanya sebesar 0,28%.

Adapun pada akhir September lalu, pemerintah meluncurkan Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI026, instrumen Surat Berharga Negara (SBN) yang ditujukan bagi individu atau perseorangan warga negara Indonesia. ORI ini ditawarkan melalui mitra distribusi di pasar perdana dan bisa dibeli secara online melalui e-SBN. 

 ORI026 merupakan seri keempat yang diterbitkan oleh pemerintah, dengan dua pilihan tenor atau jangka waktu, yaitu tiga tahun dan enam tahun. Kupon atau imbal hasil dari ORI026 bersifat tetap (fixed rate) hingga jatuh tempo dan investor akan menerima pembayaran kupon setiap bulan yang langsung ditransfer ke rekening mereka.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...