Rupiah Potensi Tembus 16.000 per Dolar AS, Peluang Suku Bunga AS Turun Meredup
Sejumlah analis memproyeksikan pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih akan berlanjut pada Jumat (13/12). Hal ini dipicu menguatnya dolar AS hingga peluang pemangkasan suku bunga acuan The Fed yang makin sulit.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, mengatakan indeks dolar AS melejit naik ke atas area 107.0 pada pagi ini. Data inflasi produsen AS juga pada bulan November 2024 secara tahunan yang dirilis semalam, menunjukan kenaikan 3,0% atau melebihi bulan sebelumnya yang mengalami kenaikan 2,6%.
“Inflasi AS yang masih belum stabil turun ini melemahkan peluang suku bunga acuan AS turun tahun depan,” kata Ariston kepada Katadata.co.id, Jumat (13/12).
Selain itu, ketegangan di Timur Tengah yang meningkat juga menjaga posisi dolar tetap kuat dibandingkan nilai tukar lainnya. Ariston mengatakan, nilai tukar regional dan rupiah berpeluang melemah lagi terhadap dolar AS hari ini.
“Peluang pelemahan rupiah ke arah Rp 16.000 per dolar AS dengan support di sekitar RP 15.900 per dolar AS hari ini,” ujar Ariston.
Berdasarkan data Bloomberg pagi ini pukul 09.13 WIB, rupiah dibuka melemah pada level Rp 15.972 per dolar AS. Level ini meningkat 28 poin atau 0,18% dari penutupan sebelumnya.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, juga memperkirakan rupiah akan melemah terhadap dolar AS yang kembali menguat. Lukman mengatakan penguatan dolar AS terjadi setelah data inflasi produsen AS yang lebih tinggi dari perkiraan, lalu menurunkan prospek pemangkasan suku bunga The Fed.
“Rupiah mendekati level psikologis Rp 16.000 per dolar AS, ada potensi Bank Indonesia akan mengintervensi. Rupiah akan berkisar pada level Rp 15.900 per dolar AS hingga Rp 16.050 per dolar AS,” kata Lukman.