Rosan Bantah Peluncuran Danantara Jadi Penyebab Penurunan IHSG


Kepala Danantara, Rosan Roeslani, membantah peluncuran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) menjadi faktor utama di balik penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Penurunan pasar saham pada periode tersebut merupakan fenomena global yang juga menerpa negara-negara Asia Tenggara atau ASEAN.
"Memang IHSG kita ini menurun. Tapi menurunnya bukan hanya di Indonesia saja, semua memang sedang mengalami penurunan,” kata Rosan di Istana Merdeka Jakarta pada Rabu (5/3), malam.
Rosan menilai fluktuasi maupun penurunan pasar saham akibat sentimen atau faktor teknikal merupakah hal wajar. Menteri Investasi dan Hilirisasi itu menyakini bahwa kondisi fundamental perusahaan dan bank-bank di Indonesia relatif progresif saat ini.
“Kami tidak khawatir. Kenapa? Karena fundamental dari perusahaan-perusahaan kita, bank-bank kita, itu sangat baik dan sangat kuat,” ujar Rosan.
Ia juga menyoroti situasi IHSG belakangan mulai pulih, terutama pada reli harga saham di sejumlah perusahaan bank yang sudah kembali ke level sebelum 24 Februari. Rosan meyakini valuasi dan kapitalisasi pasar atau market cap perusahaan-perusahaan Indonesia akan terus meningkat seiring waktu.
“Jadi mari kita lihat, sekarang sudah mulai rebound kan, mulai kembali baik,” kata Rosan.
IHSG sebelumnya tercatat ditutup melemah 53,4 poin atau 0,78% ke 6.749,60 pada perdagangan Senin, 24 Februari lalu, saat hari peluncuran Danantara. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat IHSG telah tertekan 4,67% pada rentang 21 Februari hingga 27 Februari 2025 secara week on week.
Pada perdagangan, Jumat (28/2), IHSG bahkan merosot hingga menyentuh level 6.270 saat penutupan pasar. Apabila melihat tren pergerakannya, IHSG telah anjlok sebesar 11,01% secara year to date (ytd), dan terperosok 11,38% dalam sebulan terakhir.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman, mengatakan penurunan IHSG tak ada kaitannya dengan Danantara. Danantara bahkan diharapkan dapat menjadi alternatif pendanaan bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di luar skema penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).
Selain itu, Iman juga menyebut Danantara berpotensi memperluas kapitalisasi pasar dan meningkatkan peran perusahaan BUMN dalam pasar modal Indonesia. Dengan begitu, seharusnya kehadiran Danantara tidak memberikan sentimen negatif pada bursa.
“Kami ingin lihat bahwa perusahaan di bawah Danantara ingin menjadi pemimpin di industrinya. Peningkatan pendapatan yang kami harapkan, maka akan meningkatkan market cap,” kata Iman kepada wartawan di Gedung BEI Jakarta pada Jumat (28/2).