Indeks Wall Street Naik, Investor Mulai Optimistis di Tengah Gejolak Tarif Trump

Nur Hana Putri Nabila
18 Maret 2025, 06:15
Ilustrasi bursa Wall Street, New York Stock Exchange, Amerika Serikat
Unsplash.com
Ilustrasi bursa Wall Street, New York Stock Exchange, Amerika Serikat

Ringkasan

  • Manajemen eFishery diduga berbohong soal keuntungan kepada investor. Laporan awal menunjukkan perusahaan merugi US$ 35,4 juta dan menggelapkan dana hampir US$ 600 juta selama Januari September 2024.
  • Investigasi dimulai setelah ada pelaporan dari whistleblower tentang ketidakakuratan laporan keuangan. Pembukuan internal menunjukkan kerugian yang dipertahankan eFishery sekitar US$ 152 juta selama Januari November 2024.
  • Jajaran direksi eFishery membebastugaskan sementara CEO dan Chief Product Officer setelah dugaan penyelewengan uang perusahaan, termasuk penggelembungan pendapatan.
! Ringkasan ini dihasilkan dengan menggunakan AI
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Indeks bursa Wall Street di Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan hari Senin (17/3). Indeks bergerak positif setelah anjlok selama empat minggu akibat kebijakan tarif Presiden Donald Trump yang tidak stabil serta melemahnya kepercayaan konsumen.  

Indeks S&P 500 naik 0,64% dan ditutup di level 5.675,12, Nasdaq Composite bertambah 0,31% ke 17.808,66. Lalu Dow Jones Industrial Average juga terangkat 353,44 poin atau 0,85% ke 41.841,63, didorong oleh kenaikan saham Walmart dan International Business Machines.  

Kepala Strategi Investasi di CFRA Research, Sam Stovall, mengatakan pasar saat ini tengah mengalami reli jangka pendek yang berlawanan dengan tren utama.

Ia memperkirakan koreksi S&P 500 kemungkinan akan berakhir di sekitar level 5.400. Ini berarti ada potensi penurunan lebih dari 4% dari penutupan hari Senin.  

“Saya pikir itu akan menghilangkan cukup banyak kekhawatiran investor untuk memungkinkan pasar mencoba menemukan titik terendah,” kata Stovall dikutip CNBC, Selasa (18/3). 

 Salah satu faktor yang mendukung sentimen pasar adalah laporan penjualan ritel bulan Februari. Meskipun angka penjualannya naik hanya 0,2%—lebih rendah dari perkiraan 0,6% menurut Dow Jones—pelaku pasar merasa lega karena hasilnya tidak lebih buruk. 

Indeks S&P 500 ditutup melemah pada Kamis lalu, turun lebih dari 10% dari rekor tertingginya di akhir Februari. Namun, pada akhir pekan lalu, indeks ini melonjak 2% karena investor mulai memborong saham-saham teknologi yang sebelumnya merosot.

Meski ada kenaikan, pekan ini tetap menjadi masa sulit bagi Wall Street. Dow mencatatkan penurunan mingguan terbesar sejak 2023, sementara Nasdaq Composite masih berada dalam fase koreksi, turun 11% dari level tertingginya pada penutupan Senin.  

Investor saat ini tengah waswas menghadapi sentimen dari kebijakan tarif Trump yang terus berubah serta pemangkasan biaya besar-besaran di DOGE yang dinakhodai Elon Musk. Hal ini membuat pasar bergejolak dan menimbulkan kekhawatiran terhadap kepercayaan bisnis dan konsumen.  

Menteri Keuangan Scott Bessent dalam acara Meet the Press di NBC pada Minggu (16/3) mengatakan koreksi pasar adalah hal yang wajar dan sehat dalam dunia investasi. Dengan pengalaman 35 tahun di industri ini, ia menekankan justru kondisi pasar yang terlalu euforia lah yang bisa memicu krisis keuangan.  

 

Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...