Warren Buffett Pilih Simpan Rp 5.400 T Tunai, Waspadai Efek Kebijakan Trump

Ringkasan
- Warren Buffett meningkatkan cadangan kas Berkshire Hathaway sebagai antisipasi terhadap potensi gejolak ekonomi akibat kebijakan pemerintah, terutama terkait tarif. Buffett juga mengkritik kebijakan tersebut dan menyerukan kebijakan fiskal yang lebih bertanggung jawab.
- Cadangan kas Berkshire Hathaway mencapai rekor tertinggi, mencerminkan pendekatan hati-hati Buffett di tengah pasar yang dianggapnya terlalu mahal dan berisiko. Ia menilai peluang investasi yang menarik saat ini terbatas.
- Meskipun beberapa bisnis Berkshire Hathaway mengalami penurunan laba, keuntungan dari investasi jangka pendek dan unit asuransi berhasil mengimbanginya. Buffett tetap selektif dalam berinvestasi dan telah mengurangi kepemilikan saham di perusahaan besar seperti Apple dan Bank of America.

CEO Berkshire Hathaway, Warren Buffett kembali menegaskan strategi investasinya dengan menimbun uang tunai dalam jumlah besar. Strategi ini ia tunjukkan sebagai langkah antisipatif terhadap kemungkinan gejolak ekonomi akibat kebijakan Presiden Donald Trump.
Dalam surat tahunannya kepada pemegang saham akhir Februari lalu, Buffett tidak hanya merayakan keberhasilan Berkshire Hathaway tetapi juga memberikan nasihat kepada Trump dan memperingatkan pemerintah agar lebih bijak dalam mengelola keuangan negara. Dalam suratnya, Buffett mengkritik rencana Trump untuk menerapkan tarif tinggi pada Kanada, Meksiko, dan China, menyamakannya dengan tindakan perang.
"Uruslah banyak orang yang, tanpa kesalahan mereka sendiri, mendapatkan hal-hal yang tidak diinginkan dalam hidup. Mereka pantas mendapatkan yang lebih baik," tulis Buffett seperti dikutip Kamis (20/3).
Buffett menjelaskan perlunya kebijakan fiskal yang lebih bertanggung jawab. Ia menekankan bahwa tarif tersebut dapat memicu inflasi dan meningkatkan harga barang, seperti mobil, yang pada akhirnya membebani konsumen.
Salah satu langkah nyata dari strategi Buffett adalah peningkatan signifikan dalam kepemilikan kas Berkshire Hathaway yang kini mencapai US$ 334,2 miliar atau setara Rp 5.400 triliun. Jumlah ini merupakan level tertinggi dalam sejarah perusahaan yang mencerminkan kehati-hatian Buffett di tengah kondisi pasar yang dinilai terlalu mahal dan berisiko.
Menurut Buffett, peluang investasi yang menarik saat ini sangat terbatas, sehingga menunggu waktu yang tepat adalah pilihan yang lebih bijak. Ia juga mengingatkan bahwa pengeluaran pemerintah yang tidak terkendali dapat berujung pada ketidakstabilan mata uang.
Meskipun sebagian besar bisnis Berkshire Hathaway menunjukkan performa yang kuat, Buffett tidak menutup mata terhadap potensi perlambatan ekonomi. Sebanyak 53% dari 189 perusahaan yang dimiliki Berkshire melaporkan penurunan laba pada tahun 2024. Di sisi lain, keuntungan dari investasi jangka pendek dan unit asuransi yang lebih tinggi berhasil mengimbangi kelemahan tersebut.
Analis Edward Jones, Jim Shanahan, seperti dikutip dari APNews mengatakan laporan keuangan perusahaan Berkshire mencerminkan kondisi ekonomi yang tidak begitu menggembirakan. Ia menilai Berkshire merupakan perusahaan raksasa yang menguasai manufaktur, riter dan sektor konsumen sehingga bisa menjadi acuan dalam melihat situasi ekonomi global.
“Dan hasil laporan (Berkshire) tampak lemah bagi saya, dan membuat saya khawatir tentang seberapa kuat ekonomi saat ini," ujar Jim.
Di tengah ketidakpastian ekonomi ini, Buffett memilih untuk lebih banyak menumpuk uang tunai sembari menunggu kesempatan untuk berinvestasi terbaik. Strategi konservatif Buffett ini sejalan dengan filosofi investasinya yang terkenal: membeli aset berkualitas dengan harga wajar.
Selektif Pilih Investasi
Sejak tahun lalu, Buffett telah mengambil langkah strategis dengan meningkatkan cadangan kas Berkshire Hathaway. Peningkatan ini sebagian besar berasal dari penjualan saham besar di perusahaan seperti Apple dan Bank of America.
Melansir laporan CNBC, Berkshire melepas sekitar seperempat saham raksasa Apple pada kuartal ketiga 2024. Ini menunjukkan Berkshire telah mengurangi kepemilikan sahamnya di Apple selama empat kuartal berturut-turut.
Sejak pertengahan Juli, Berkshire telah meraup lebih dari US$ 10 miliar atau setara Rp 157 triliun dari investasi lamanya di Bank of America. Secara keseluruhan, investor berusia 94 tahun ini terus melakukan aksi jual dengan melepas sahamnya di BoA senilai US$ 36,1 miliar atau setara Rp 5.66,77 triliun pada kuartal ketiga.
Meskipun bersikap konservatif dengan meningkatkan cadangan kas, Buffett tetap mencari peluang investasi yang tepat. Ia menekankan bahwa keputusan untuk menahan kas bukan karena kurangnya kepercayaan pada pasar, tetapi sebagai langkah antisipatif terhadap ketidakpastian ekonomi akibat kebijakan pemerintah saat ini.
Dalam surat kepada pemegang saham, ia meyakinkan pemegang saham bahwa orang yang telah ia pilih untuk suatu hari menggantikannya sebagai CEO, Greg Abel, bukanlah salah satu dari mereka. Ia menulis bahwa Abel akan siap bertindak setiap kali ia melihat peluang investasi yang signifikan, dan ia akan terus menulis laporan tahunan seperti milik Buffett untuk memberi informasi terbaru kepada pemegang saham.
Surat-surat Buffett selalu populer di kalangan investor karena wawasan yang ia tawarkan dan rekam jejaknya yang luar biasa. Buffett hampir tidak menyebutkan politik dan kejadian terkini dalam surat-suratnya baru-baru ini dan ia lebih suka menjauh dari hal-hal yang kontroversial yang dapat merugikan perusahaan Berkshire.