OJK Sebut Angka Kredit pada Februari Tumbuh 10,3%, Nilainya Tembus Rp 7.825 T

Nur Hana Putri Nabila
11 April 2025, 16:33
OJK
ANTARA FOTO/Khalis Surry/wpa.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae menyampaikan sambutan dalam acara Pertemuan Tahunan Perbankan Syariah 2024 di Banda Aceh
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa jumlah nasabah yang berutang pada Februari 2025 terus meningkat. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan, OJK menemukan pertumbuhan kredit pada Februari melanjutkan double digit growth sebesar 10,30% year on year (yoy), dibandingkan Januari 2025 yang sebesar 10,27% yoy menjadi Rp 7.825 triliun.

“Kinerja intermediasi perbankan relatif stabil dengan profil risiko yang terjaga,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RKDB) Maret 2025 di Jakarta, Jumat.

Dian menjelaskan, berdasarkan jenis penggunaan kredit investasi tumbuh tertinggi sebesar 14,62%. Pada urutan kedua ada kredit konsumsi sebesar 10,31%, sedangkan kredit modal kerja tumbuh 7,66%.

Ditinjau dari kepemilikan, bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit yaitu sebesar 10,93% yoy. Berdasarkan kategori debitur, kredit korporasi tumbuh sebesar 15,95%, sementara kredit UMKM tumbuh sebesar 2,51%.

Dari sisi penghimpunan dana masyarakat, dana pihak ketiga (DPK) tercatat tumbuh sebesar 5,75% yoy (Januari 2025: 5,51 persen yoy) menjadi Rp 8.926 triliun. Adapun jumlah giro, tabungan, dan deposito masing-masing tumbuh sebesar 6,09%, 7,21%, dan 4,25% yoy.

Sementara itu, likuiditas industri perbankan pada Februari 2025 tetap memadai, dengan rasio alat likuid/non-core deposit (AL/NCD) dan alat likuid/dana pihak ketiga (AL/DPK) masing-masing 116,76% dari Januari 2025 sebanyak 114,86% dan 26,35% dari Januari 2025 26,03%. Nilai ini masih di atas threshold masing-masing 50% dan 10%. Adapun liquidity coverage ratio (LCR) berada di level 210,14%.

Lebih jauh OJK mencatat, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL gross sebesar 2,22% dan NPL net 0,81%. Loan at Risk (LaR) juga relatif stabil, tercatat 9,77% dari Januari 9,72%.

Meskipun meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, namun rasio NPL gross dan LaR menurun dibandingkan posisi Februari 2024 yang masing-masing sebesar 2,35 % dan 11,56%. 

“Rasio LaR tersebut juga sudah di bawah level sebelum pandemi yaitu sebesar 9,93 persen pada Desember 2019,” kata Dian.

OJK juga mencatat, ketahanan perbankan tetap kuat tercermin dari permodalan (CAR) yang berada di level tinggi sebesar 26,98%. Capaian ini  menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat di tengah kondisi ketidakpastian global.

Untuk porsi kredit buy now pay later (BNPL) perbankan tercatat 0,25%. Namun, nilai ini terus mencatatkan pertumbuhan yang tinggi secara tahunan.

Per Februari 2025, baki debet kredit BNPL sebagaimana dilaporkan dalam SLIK, tumbuh 36,6% yoy menjadi Rp 21,98 triliun, dengan jumlah rekening mencapai 23,66 juta. 

Terkait dengan pemberantasan judi online yang berdampak luas pada perekonomian dan sektor keuangan, OJK telah meminta bank melakukan pemblokiran terhadap plus minus 10.016 rekening. Jumlah tersebut didasarkan dari data yang disampaikan oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).

OJK melakukan pengembangan atas laporan tersebut dengan meminta perbankan melakukan penutupan rekening yang memiliki kesesuaian dengan Nomor Identitas Kependudukan serta melakukan enhance due diligence (EDD).

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila, Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan