Pertumbuhan Ekonomi Melambat, Ekonom Khawatir Angka Kemiskinan Bisa Naik


Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2025 hanya 4,87%. Pertumbuhan ekonomi ini melambat dibandingkan kuartal I 2024 yang mencapai 5,11%.
Ekonom Universitas Paramadina, WIjayanto Samirin mengatakan kekhawatiran atas pengumuman terbaru yang dirilis BPS. Ia mengatakan penurunan pertumbuhan ekonomi ini bisa berdampak kepada angka kemiskinan dan pengangguran.
“Angka kemiskinan dan pengangguran berpotensi naik, apalagi jika kedua parameter tersebut diukur menggunakan standard World Bank terbaru,” kata Ekonom Universitas Paramadina, WIjayanto Samirin kepada Katadata.co.id, Senin (5/5).
Bank Dunia mencatat 60% penduduk Indonesia miskin berdasarkan standar negara menengah atas. Sementara BPS mencatat 8,57% penduduk miskin per September 2024. Untuk itu, Wijayanto menegaskan, pemerintah perlu mengantisipasi penurunan pertumbuhan ekonomi ini. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan kebijakan counter cyclical.
Ia menjelaskan, program besar berorientasi jangka panjang perlu dikalibrasi. Misalnya seperti makan bergizi gratis atau MBG, program tiga juta rumah per tahun, hingga Koperasi Merah Putih. Wijayanto mengatakan, anggaran diprioritaskan untuk program dengan mengalokasikan lebih banyak resources untuk program jangka pendek yang efektif.
“Ini untuk menciptakan lapangan kerja dan menstimulasi daya beli masyarakat,” ujar Wijayanto.
Jumlah Orang di Sekitar Garis Kemiskinan Bertambah
Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia [juga menyoroti dampak angka kemiskinan dari pertumbuhan ekonomi tersebut. Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan refleksi angka kemiskinan didapatkan dari pelemahan daya beli, penurunan pendapatan, penurunan jumlah orang yang bekerja, dan pendapatan orang yang bekerja.
“Nah ini dampaknya terutama jelas ketenagakerjaan. Jadi memicu peningkatan pengangguran dan penurunan dari sisi pendapatan,” kata Faisal.
Hal ini menurut Faisal akan otomatis menambah jumlah orang di sekitar garis kemiskinan. Faisal menambahkan penambahan itu akan berdampak kepada peningkatan kemiskinan tergantung beberapa hal.
“Karena kalau di bawah garis kemiskinan bisa jadi akan tetap menurun atau terus menurun karena orang di bawah garis kemiskinan ini ada intervensi dari sisi bansos. Kecuali kalau bansos nanti kedepan dikurangi,” ujar Faisal.
Namun jika permasalahan ketika di bawah garis kemiskinannya berkurang maka akan berpindah ke hampir miskin yaitu golongan hampir miskin dan rentan miskin. Faisal mengatakan, saat ini golongan itu totalnya bisa sekitar tujuh puluhan juta jiwa.
“Jadi kalau ditambah dengan di bawah garis kemiskinan bisa sekitar seratusan juta jiwa. Nah ini yang bisa meningkat menurut saya, hampir dan rentan miskin ini dan ini kan tidak ter-capture dari angka kemiskinan dalam definisi di bawah garis kemiskinan yang sering dikeluarkan secara rutin setiap enam bulan angkanya oleh BPS,” kata Faisal.