Bank DBS Bantah PHK 4.000 Karyawan Kontrak Karena Penggunaan AI


Bank DBS membantah kabar bahwa mereka akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 4.000 karyawan kontrak akibat penggunaan kecerdasan buatan (AI).
Head of Group Strategic Marketing and Communications Bank DBS Indonesia Mona Monika menegaskan bahwa yang terjadi adalah pengurangan secara alami terhadap pekerja kontrak dan alih daya dalam beberapa tahun ke depan.
“Dalam tiga tahun ke depan, kami memperkirakan AI dapat mengurangi kebutuhan untuk memperbarui sekitar 4.000 kontrak dan alih daya di 19 pasar kami yang bekerja pada proyek-proyek tertentu,” ujar Mona dalam keterangan resminya, Rabu (14/5).
Ia menegaskan bahwa staf tetap DBS di seluruh pasar tidak terdampak. Bank DBS juga terus berinvestasi dalam peningkatan keterampilan para karyawannya untuk menghadapi transformasi digital di masa depan.
“Kami telah mengidentifikasi sekitar 13.000 karyawan untuk program peningkatan keterampilan ini, dan hingga saat ini, lebih dari 10.000 telah memulai peta pembelajaran mereka, termasuk pelatihan AI dan data,” ujarnya.
Pernyataan ini disampaikan sebagai klarifikasi atas laporan Bloomberg yang menyebut DBS Group Holdings Ltd. akan memangkas 4.000 karyawan kontrak dalam tiga tahun ke depan karena adopsi AI.
Mengutip Bloomberg, Chief Executive Officer DBS Piyush Gupta mengatakan bahwa sekitar 8.000 hingga 9.000 pekerja kontrak yang menjalankan tugas berpotensi digantikan oleh AI.
Ia mengkonfirmasi laporan kantor berita Press Trust of India yang menyebut perusahaan akan memangkas tenaga kerjan akibat penggunaan AI lebih lanjut di seluruh bisnisnya.
Namun, Gupta menekankan bahwa karyawan tetap perusahaan tak terpengaruh oleh kebijakan ini. Sampai saat ini, DBS memiliki sekitar 41 ribu karyawan.
Sementara itu, laporan Bloomberg Intelligence bulan lalu memperkirakan bank-bank global dapat memangkas hingga 200.000 pekerjaan dalam tiga hingga lima tahun mendatang karena peran manusia yang mulai digantikan oleh AI.
Hal ini berdasarkan survei terhadap kepala informasi dan teknologi bank yang menyebutkan rata-rata pemangkasan tenaga kerja akibat AI mencapai 3%.
Meski begitu, banyak perusahaan global menekankan bahwa perkembangan teknologi lebih mendorong pergeseran jenis pekerjaan daripada memangkas jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
Kepala Data dan Analitik JPMorgan Teresa Heitsenrether menyebut adopsi AI justru membuka lapangan kerja baru.
DBS menegaskan kembali bahwa pengurangan tenaga kerja hanya akan terjadi pada karyawan sementara dan kontrak, serta berlangsung secara bertahap selama beberapa tahun ke depan.