Bank Mandiri dan BSI Mulai Salurkan Penempatan Uang Negara Rp 200 T, Kemana?
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mulai menyalurkan kredit atau pembiayaan dari dana penempatan uang negara mencapai Rp 200 triliun ke bank-bank BUMN. Bank Mandiri memperoleh penempatan dana sebesar Rp 55 triliun, sedangkan BSI memperoleh Rp 10 triliun.
Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri Novita Widya Anggraini mengatakan tambahan likuiditas dari pemerintah menjadi katalis penting dalam memperluas fungsi intermediasi bank. Perusahaan hingga kini telah menyalurkan 63% dari total dana pemerintah sebesar Rp 55 triliun atau setara Rp 34,5 triliun hingga akhir September 2025.
“Bank Mandiri optimistis dapat menyerap penempatan dana ini secara optimal hingga 100% pada akhir tahun ini dengan prioritas pada sektor dan industri padat karya serta UMKM yang terbukti mampu menjadi penopang kehidupan ekonomi keluarga di berbagai wilayah Indonesia,” kata Novita dalam keterangan resminya dikutip Senin (6/10).
Novita menyatakan, Bank Mandiri juga menyalurkan kredit ke sejumlah sektor strategis lainnya, antara lain perkebunan dan ketahanan pangan, hilirisasi sumber daya alam dan energi terbarukan, layanan kesehatan, manufaktur serta kawasan industri. Fokus pembiayaan ini, menurut dia, sejalan dengan agenda pemerintah untuk mendorong kemandirian ekonomi dan memperkuat industri nasional berbasis nilai tambah domestik.
“Dengan tambahan penempatan dana Kementerian Keuangan sebesar Rp 55 triliun, kapasitas pembiayaan Bank Mandiri semakin solid sehingga mampu mengakselerasi sektor-sektor prioritas,” kata Novita.
Sementara itu, Direktur Utama BSI Anggoro Eko Cahyo menjelaskan, pihaknya akan menyalurkan seluruh dana penempatan yang diterima sebesar Rp 10 triliun ke sektor riil. Dana tersebut dialokasikan perseroan untuk mendukung program pemerintah seperti Koperasi Desa Merah Putih, penyaluran rumah bersubsidi, dan program Makan Bergizi Gratis, serta Kredit Usaha Rakyat (KUR).
“Tentu dana ini akan kembali kepada masyarakat dalam bentuk fasilitas pembiayaan, sehingga dapat berdampak pada peningkatan ekonomi dan kesejahteraan,” kata Anggoro dalam keterangannya.
Ia juga memastikan komitmen BRIS untuk menyalurkan dana ke segmen bisnis yang resilient dengan tetap menjaga aspek prudensialitas sehingga kualitas pembiayaan tetap terjaga.
Sejauh ini, menurut dia, kinerja BSI solid dan sustain. Hingga Juli 2025, BSI masih mencatatkan kinerja yang kuat atau lebih tinggi dibanding rata-rata bank ditandai pertumbuhan pembiayaan dobel digit dengan nonperforming financing (NPF) nett sekitar 0,5%.
Tekanan terhadap FDR perbankan, menurut dia, juga sudah mulai mereda seiring penurunan BI Rate pada Agustus 2025. Dengan penempatan dana oleh Kementerian Keuangan, kondisi likuiditas bank semakin baik dengan posisi pembiayaan terhadap dana pihak ketiga atau financing to deposit ratio/FDR turun 2-3 % ke level 86%.
