Investor Antisipasi Data Inflasi dan Perdagangan RI, Rupiah Berpotensi Melemah?
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan saat ini mengantisipasi data ekonomi domestik yang akan dirilis badan Pusat Statistik (BPS). BPS akan mengumumkan data inflasi Oktober dan neraca perdagangan September 2025.
Neraca perdagangan RI diperkirakan masih akan melanjutkan tren surplus pada September dan inflasi masih tetap terjaga. Namun, Lukman memproyeksikan rupiah berpeluang melemah karena pernyataan hawkish dari sejumlah pejabat Bank Sentral AS alias The Fed.
“Rupiah akan berada di level Rp 16.600 per dolar AS hingga Rp -16.700 per dolar AS,” kata Lukman kepada Katadata.co.id, Senin (3/11).
Berdasarkan data Bloomberg pagi ini, rupiah dibuka melemah pada level Rp 16.645 per dolar AS. Level ini melemah 14 poin atau 0,08% dibandingkan penutupan sebelumnya.
Sementara itu, Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana memproyeksikan masih ada peluang penguatan rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini. Ia memperkirakan rupiah akan terapresiasi ke level Rp 16.620 per dolar AS.
“Penguatan ini karena hasil positif pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping, disamping penantian rilis data ekonomi Indonesia hari ini,” ujar Fikri.
Fikri memproyeksikan aka nada deflasi tipis secara bulanan hingga 0,02% pada Oktober 2025. Namun, secara tahunan masih kan terjadi inflasi di level 2,56%.
Di sisi lain, Fikri memperkirakan surplus neraca perdagangan pada September 2025 masih terjadi namun menyusut dibandingkan Agustus senilai US$ 5,49 miliar atau setara Rp 91,76 triliun. “Neraca perdagangan pada September surplus US$ 4,72 miliar (setara Rp 78,14 triliun,” kata Fikri.
