Harga Emas Berpeluang Tembus US$5.000, Sinyal Kenaikan Berlanjut hingga 2026?
Harga emas diproyeksikan akan terus mencetak rekor tertinggi atau all time high (ATH). Adapun pada hari ini, Kamis (4/12) pukul 18.15 WIB harga emas spot berada di level US$ 4.203 turun 0,15%.
Secara year to date (ytd) pergerakan harga emas global sudah melonjak hingga 59,20% dan naik 5,66% dalam sebulan terakhir. Kemudian apabila menilik harga emas logam mulia Aneka Tambang atau Antam kini juga sudah di harga Rp 2,40 juta per gramnya. Sedangkan harga pembelian kembalinya atau buyback berada di Rp 2,26 juta per gram.
Chief Economist BSI, Banjaran Surya Indrastomo, mengatakan resiliensi reli melonjaknya harga emas bahkan ketika ketidakpastian global mulai mereda, didorong oleh melemahnya Dolar AS. Tak hanya itu kenaikan harga emas juga ditopang dari penurunan imbal hasil obligasi (bond yields) dan pembelian emas yang berkelanjutan oleh bank sentral.
“Kita melihat memang sampai dengan tahun depan itu masih akan ada pembelian yang terhadap emas oleh Bank Sentral, maupun untuk investasi didorong oleh kelemahan dolar AS,” kata Banjaran dalam BSI Sharia Economic Outlook 2026 di Jakarta, Kamis (4/12).
Banjaran mengaku emas saat ini tidak lagi sepenuhnya berfungsi sebagai aset lindung nilai (hedging) yang ideal seperti sebelumnya. Hal yang menarik, kata dia, adalah justru terjadi kenaikan pembelian emas untuk tujuan investasi, terutama melalui instrumen ETF berbasis emas.
Menurutnya aliran dana ke instrumen investasi emas melalui pasar saham terus meningkat di Eropa dan Amerika Utara. Pada Oktober 2025, aliran dana di Asia dan Amerika Utara juga masih tergolong tinggi. Meski begitu ia menyebut kenaikan harga emas mungkin mulai melandai karena ada faktor siklus, terutama dari investor institusi, baik hedge fund maupun investor ekuitas yang melakukan profit taking.
“itu biasanya dilakukan karena ada aksi ambil untung, tapi masih ada potensi naik,” ucap Banjaran.
Prediksi Harga Emas
Di sisi lain, survei Goldman Sachs menunjukkan banyak investor memperkirakan harga emas dapat mencapai rekor baru di US$ 5.000 per troy ounce pada akhir 2026. Sepanjang tahun ini, harga emas telah melonjak 58,6% year-to-date, bahkan untuk pertama kalinya menembus level US$ 4.000 pada 8 Oktober.
Dalam survei terhadap lebih dari 900 klien institusional di platform Marquee Goldman Sachs, sebanyak 36% responden kelompok terbesar memperkirakan harga emas akan tetap melaju dan menembus US$ 5.000 pada tahun depan.
Sementara itu, 33% responden memprediksi harga akan berada di kisaran US$ 4.500–US$ 5.000. Secara keseluruhan, lebih dari 70% investor institusional optimistis harga emas akan terus naik tahun depan. Hanya sekitar 5% responden yang memprediksi harga bisa turun ke rentang US$ 3.500–US$ 4.000 dalam 12 bulan ke depan.
Adapun harga emas sempat menyentuh level tertinggi dua minggu pada perdagangan Jumat, terdorong ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve. Harga emas spot naik 0,45% ke posisi US$ 4.175,50, sementara kontrak berjangka menguat 0,53% ke US$ 4.187,40.
Dalam survei yang sama, 38% responden menilai pembelian emas oleh bank sentral menjadi pendorong utama kenaikan harga, sedangkan 27% lainnya menyebut kekhawatiran fiskal sebagai faktor dominan. Investor ritel hingga hedge fund juga semakin banyak masuk ke komoditas ini sebagai aset safe haven, di tengah risiko inflasi, ketegangan geopolitik, dan pelemahan dolar AS.
Tak hanya investor, bank sentral global pun aktif melakukan pembelian, tertarik pada likuiditas tinggi, minim risiko gagal bayar, serta status netral emas sebagai aset cadangan. Menurut Phil Streible, Kepala Strategi Pasar Blue Line Futures, tren kenaikan harga emas diperkirakan akan berlanjut hingga 2026.
“Prospek ekonomi global terus mendukung emas,” kata Streible dikutip CNBC, Kamis (4/12).
