OJK Catat Suku Bunga Turun pada November, Jenis Kredit Apa Paling Terdampak?
Otoritas Jasa Keuangan mencatat, rata-rata suku bunga kredit turun 16 bps pada November 2025 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Suku bunga kredit investasi turun sebesar 39 bps, sedangkan kredit modal kerja turun lebih besar mencapai 42 bps.
Namun, lembaga ini juga mencatat penyaluran kredit perbankan pada Oktober 2025 tumbuh melambat menjadi 7,36% dibandingkan 7,7% pada September 2025. Total kredit pada periode tersebut mencapai Rp 8.220,2 triliun.
Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 15,72% secara tahunan. Kredit konsumsi tumbuh 7,03%, sedangkan kredit modal kerja meningkat 2,39% secara tahunan. Adapun dari sisi kategori debitur, kredit korporasi naik 11,02% sedangkan kredit UMKM tercatat terkontraksi 0,11%.
“Kinerja intermediasi perbankan meningkat dengan profil risiko yang terjaga dan ekuitas di level yang memadai,” kata Dian dalam RDKB OJK, Kamis (11/12).
Di sisi lain, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 11,48% secara tahunan pada Oktober mencapai Rp 9.756,6 triliun, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 11,18%. Likuiditas perbankan tetap stabil, seiring penyesuaian suku bunga perbankan yang berlangsung bertahap.
Dari sisi penghimpunan dana, suku bunga tertimbang DPK rupiah juga turun 22 bps yoy, terutama akibat penurunan suku bunga deposito rupiah sebesar 53 bps.
Dian menyebut, likuiditas industri perbankan pada Oktober 2025 tetap memadai. Rasio alat likuid terhadap non core deposit (ALNCD) berada di level 130,97%, naik dari 130,47% pada September. Sementara rasio alat likuid terhadap DPK (ALDPK) berada di 29,47%, sedikit meningkat dari 29,30% pada bulan sebelumnya. Keduanya masih jauh di atas threshold masing-masing 50% dan 10%. Liquidity coverage ratio (LCR) tercatat tinggi di 210,43%.
Sementara itu, kualitas kredit terjaga dengan rasio NPL gross berada di 2,25%, naik tipis dari 2,24% pada September. Sementara NPL net relatif stabil di 0,90%, dari sebelumnya 0,78%. Rasio kredit bermasalah secara luas atau loan at risk (LAR) turun menjadi 9,41% dari 9,52% pada bulan sebelumnya.
Dia menyebut, permodalan perbankan tetap kuat yang tercermin dari capital adequacy ratio (CAR) yang mencapai 26,38%, meningkat dari 26,15% pada periode yang sama tahun lalu. Level tersebut dinilai memadai untuk merespons ketidakpastian global.
