Kinerja Investasi Jeblok, Perusahaan Sandiaga Uno Rugi Rp 2 Triliun
Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) membukukan kerugian hingga Rp 2,08 triliun sepanjang semester I 2020, berkebalikan dari kinerja periode yang sama tahun lalu dengan torehan laba bersih Rp 3,16 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan yang diumumkan melalui keterbukaan informasi, anjloknya kinerja perusahaan milik Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno ini sejalan dengan penurunan kinerja investasi sahamnya.
Perusahaan tercatat mengalami kerugian bersih atas investasi pada saham dan efek ekuitas lainnya sebesar Rp 2,8 triliun sepanjang semester I 2020. Padahal pada semester I 2019, berhasil mencatatkan keuntungan hingga Rp 2 triliun.
Berdasarkan sektor sahamnya, penurunan nilai investasi terjadi pada saham sektor sumber daya alam (SDA). Saratoga mengalami kerugian Rp 1,45 triliun pada semester I 2020 dari investasi di sektor ini, berbalik dari untung Rp 1,71 triliun pada semester I 2019.
Saham yang dimiliki oleh Saratoga di sektor ini per Juni 2020 seperti Adaro Energy Tbk (ADRO) dengan kepemilikan langsung 3,74%. Namun, juga memiliki secara tidak langsung melalui Adaro Strategic Capital sebesar 25% dan melalui Adaro Strategic Lestari sebesar 29,79%.
Selain itu, pada sektor sumber daya alam, Saratoga juga memegang saham Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) secara langsung dengan porsi 19,74%. Lalu, memiliki secara langsung perusahaan tambang Singapura Interra Resources Ltd sebesar 12,11%.
Selain itu, investasi pada saham infrastruktur juga anjlok, dari yang sebelumnya untung Rp 272,22 miliar pada semester I 2019, menjadi rugi hingga Rp 950,59 miliar pada semester I 2020.
Pada sektor infrastruktur, Saratoga melakukan investasi pada saham Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) sebesar 33,74% per akhir Juni 2020 melalui entitas anak yaitu Wahana Anugerah Sejahtera. Juga memiliki secara langsung saham Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) sebesar 7,12%.
Sedangkan investasi Saratoga pada saham produk konsumen, kerugiannya semakin membengkak. Pada enam bulan pertama tahun lalu mengalami kerugian Rp 109,33 miliar, sedangkan pada periode sama tahun ini ruginya membengkak menjadi Rp 434,05 miliar.
Pada sektor konsumen, Saratoga memiliki saham Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) secara langsung sebesar 52,21%. Begitu juga dengan Aneka Gas Industri Tbk (AGII) secara langsung sebesar 8,33%.
Selain itu, Saratoga juga tidak banyak mendapatkan dividen dan pendapatan bunga pada semester I 2020 dengan total hanya Rp 646,07 miliar, turun hingga 60% dari Rp 1,61 triliun. Penurunan paling drastis terjadi pada sisi dividen, dimana enam bulan ini Saratiga hanya mendapatkan Rp 640,18 miliar, turun 60,12% dari Rp 1,6 triliun.
Saratoga juga harus menanggung beban usaha yang meningkat pada periode ini sebesar Rp 107,88 miliar, naik hingga 22,51% dari sebelumnya hanya Rp 88,06 miliar. Lalu, juga mengalami kerugian bersih akibat selisih kurs senilai Rp 54,32 miliar dari yang sebelumnya mengalami keuntungan bersih senilai Rp 49,1 miliar.
Hal tersebut membuat Saratoga mengalami kerugian sebelum pajak mencapai Rp 2,48 triliun pada semester I 2020. Padahal, pada semester I 2019, membukukan laba sebelum pajak senilai Rp 3,36 triliun.
Manajemen Saratoga mengaku bahwa sejak menyebarnya wabah Covid-19 pada Maret 2020 membuatnya terus menerus memperhatikan situasi ini, menilai, dan bereaksi secara aktif terhadap dampaknya terhadap posisi keuangan dan hasil operasi Perusahaan.
"Penilaian ini masih dalam proses dan hingga tanggal laporan keuangan ini, manajemen belum mengidentifikasi adanya dampak material terhadap posisi keuangan dan hasil operasi Perusahaan," kata manajemen dalam laporan keuangan semester I 2020.
Sebelumnya pada 2018 Saratoga juga merugi lantaran kinerja investasinya jeblok. Ketika itu perusahaan membukukan kerugian bersih Rp 6,2 triliun yang disebabkan kinerja investasinya membukukan kerugian hingga Rp 7,25 triliun.
Namun setahun kemudian Saratoga berhasil bangkit dan membukukan laba bersih Rp 7,3 triliun. Pendorongnya yaitu naiknya harga saham-saham yang dimiliki perusahaan. Kinerja Saratoga sejak 2010 dapat dilihat pada databoks berikut.