Bertahan di Tengah Pandemi, 3 Emiten Semen Tetap Cetak Laba Semester I
Pandemi virus corona atau Covid-19 memukul hampir seluruh sektor ekonomi dalam negeri, termasuk industri semen. Pasalnya, pandemi corona membuat beberapa proyek strategis dari pemerintah maupun konstruksi swasta tertunda yang akhirnya berpengaruh terhadap kinerja penjualan semen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi semen pada kuartal II 2020 mencapai 12,68 juta ton, turun 18,8% dibandingkan kuartal I 2020 dan 9,08% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara pengadaan semen dalam negeri tercatat sebesar 12,65 juta ton, turun 15,09% dibandingkan kuartal I 2020 dan turun 7,69% dibandingkan semester I 2019.
Kinerja perusahaan semen juga terdampak oleh kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), yang menyebabkan operasional beberapa fasilitas produksi terhenti sementara. Di saat yang sama, perusahaan tetap menanggung beban operasional yang tidak sedikit, sehingga berpengaruh terhadap kinerja pendapatan dan laba sepanjang semester I 2020.
Penjualan semen sejatinya sudah menunjukkan indikasi kelesuan sejak Oktober 2019, dengan tingkat penurunan mencapai 52% dari 8 juta ton pada Oktober 2019, menjadi hanya 3,8 juta ton pada Mei 2020. Penurunan penjualan terlihat tajam pada Mei 2020, dibandingkan penurunan pada bulan-bulan sebelumnya.
Meski demikian, beberapa perusahaan semen tetap mampu membukukan laba bersih sepanjang semester I 2020 meski pendapatan turun signifikan. Kinerja positif tetap dicatatkan berkat langkah efisiensi yang dilakukan selama pandemi corona.
Berikut ini rangkuman kinerja empat perusahaan semen yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang semester I 2020:
1. PT Semen Indonesia Tbk
PT Semen Indonesia Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp 612,46 miliar pada semester I 2020, naik 26,33% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Peningkatan ini bisa dikata pencapaian yang sangat positif, mengingat kinerja pendapatan perusahaan turun sepanjang paruh pertama tahun ini.
Sepanjang semester I 2020 Semen Indonesia membukukan pendapatan sebesar Rp 16,02 triliun, turun 1,99% dibandingkan semester I 2019. Meski secara umum seluruh segmen penjualan turun, dua lini utama perusahaan masih membukukan kenaikan pendapatan.
Mengutip laporan keuangan perusahaan, pada paruh pertama tahun ini pendapatan dari penjualan semen tercatat sebesar Rp 13,39 triliun. Jumlah ini naik tipis 0,28% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 13,35 triliun.
Kemudian pendapatan dari penjualan terak tercatat sebesar Rp 1,38 triliun pada semester I 2020, naik 11,62% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada semester I 2019 penjualan terak tercatat mencapai Rp 1,23 triliun.
Sementara pendapatan yang turun sepanjang semester I 2020 berasal dari produk beton jadi dan siap pakai, kantong semen, persewaan tanah, jasa penambangan, jasa peledakan, serta pendapatan lain-lain. Masing-masing turun 26,54%, 36,83%, 25,58%, 100% dan 33,76% dibandingkan semester I 2019.
Seiring menurunnya penjualan, beban pokok penjualan emiten ini pun turun 4,05% menjadi Rp 11,1 triliun. Imbas penurunan ini, perseroan mencatat laba kotor Rp 4,8 trilun atau naik 4,3% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Di sisi lain, perusahaan juga berhasil melakukan efisiesi yang tercermin dari menyusutnya komponen beban operasional perusahaan, seperti beban penjualan serta beban keuangan juga turun 13,3% menjadi Rp 1,20 triliun dibanding semester I tahun lalu yang sebesar Rp 1,50 triliun.
2. PT Indocement Tunggal Prakarasa Tbk
Sepanjang paruh pertama tahun ini PT INdocement Tunggal Prakarsa Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp 470,02 miliar. Jumlah ini turun 26,56% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 640,02 miliar.
Mengutip laporan keuangan perusahaan, kinerja laba yang turun signifikan ini disebabkan oleh penurunan pendapatan serta peningkatan beban operasi dan keuangan sepanjang semester I 2020.
Per 30 Juni 2020 pendapatan Indocement tercatat sebesar Rp 6,17 trilun, turun 11,55% secara tahunan atau year on year (yoy). Penjualan semen dan beton, baik terhadap pihak berelasi maupun melalui pihak ketiga tercatat anjlok.
Penjualan semen terhadap pihak berelasi tercatat mencapai Rp 52,7 miliar sepanjang semester I 2020, turun 34,85% dibandingkan semester I 2019. Kemudian, penjualannya melalui pihak ketiga tercatat sebesar Rp 5,65 triliun, turun 8,78% yoy.
Sementara penjualan beton siap pakai pada paruh pertama tahun ini tercatat sebesar Rp 464,54 miliar. Jumlah ini turun 32,55% dibandingkan pencapaian periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 688,91 miliar.
Kinerja Indocement sepanjang semester I 2020 sedikit terbantu dengan kenaikan pos pendapatan operasi lain, yang tercatat sebesar Rp 41,22 miliar. Capaian ini melonjak 68,28% dibandingkan raihan semester I 2019 yang sebesar Rp 24,49 miliar.
Meski demikian, kinerja perusahaan tertekan karena adanya peningkatan pada pos beban operasi. Sepanjang paruh pertama tahun ini beban operasi Indocement tercatat sebesar Rp 78,06 miliar, melonjak 296,64% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
3. PT Solusi Bangun Indonesia Tbk
PT Solusi Bangun Indonesia Tbk tercatat membukukan laba sebesar Rp 82,08 miliar sepanjang paruh pertama tahun ini. Pencapaian ini tergolong sangat positif, karena pada periode yang sama tahun lalu perusahaan membukukan rugi bersih sebesar Rp 278,51 miliar.
Pencapaian yang positif ini berhasil diraih berkat stabilnya angka pendapatan serta upaya perusahaan menekan beberapa pos beban, seperti beban pokok pendapatan, beban distribusi dan penjualan, serta beban umum dan administrasi.
Sepanjang semester I 2020 perusahaan yang dikenal dengan produk semen merek Holcim ini membukukan pendapatan sebesar Rp 4,51 triliun. Jumlah ini relatif tidak berubah dibandingkan pencapaian periode yang sama tahun lalu.
Meski demikian, dilihat dari segmennya penjualan semen perusahaan tercatat naik 5,19% menjadi Rp 4,15 triliun sepanjang paruh pertama tahun ini. Pada periode yang sama tahun lalu, segmen ini membukukan angka penjualan Rp 3,94 triliun.
Sementara segmen produk beton siap pakai dan agregat tercatat turun sepanjang semester I 2020, masing-masing sebesar 36,24% dan 59,88%.
Berkurangnya permintaan beton jadi selama pandemi corona membuat perusahaan menutup sementara kegiatan operasi produksi untuk Batching Plant (BP) Legok, Ciwandan, Dadap, Pondok Indah, Pulogadung 1, Cibitung, dan Rungkut.
Kinerja perusahaan cukup terbantu dengan penurunan beban pokok pendapatan sebesar 7,2% menjadi Rp 3,36 triliun pada semester I 2020. Kemudian, beban distribusi dan penjualan, serta umum dan administrasi juga tercatat turun masing-masing 0,98% yoy dan 26,25% yoy.
4. PT Semen Baturaja Tbk
Performa PT Semen Baturaja sepanjang semester I 2020 tergolong buruk, dengan torehan rugi bersih sebesar Rp 137,62 miliar. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, perusahaan mampu mencatatkan laba sebesar Rp 7,55 miliar.
Kinerja buruk ini disebabkan karena pada paruh pertama tahun ini perusahaan membukukan penurunan pendapatan yang signifikan, serta adanya kenaikan pada beberapa pos beban.
Per 30 Juni 2020 pendapatan Semen Baturaja tercatat sebesar Rp 671,82 miliar, turun 19,44% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Selain karena penjualan dua produk utama yaitu semen bungkus dan curah melalui pihak ketiga turun tajam, perusahaan juga tidak mencatatkan pendapatan produk terak dan white clay.
Sepanjang semester I 2020 pendapatan dari penjualan semen bungkus dan semen curah tercatat masing-masing Rp 594,89 miliar dan Rp 62,85 miliar. Jumlah ini masing-masing turun 10,67% dan 57,48% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara dari pos beban perusahaan mencatatkan kenaikan beban penjualan sebesar 19,88% yoy menjadi Rp 149,55 miliar. Kemudian, beban umum dan administrasi tercatat naik 3,46% yoy menjadi Rp 125,14 miliar.
Kinerja Semen Baturaja makin tertekan lantaran sepanjang semester I 2020 hanya mampu membukukan pendapatan keuangan sebesar Rp 1,99 miliar. Jumlah ini merosot 59,66% dibandingkan semester I 2019. Di saat yang sama beban keuangan yang harus ditanggung perusahaan membengkak 42,97% yoy menjadi Rp 93,63 miliar.