Buah Strategi Unilever di Awal Tahun: Penjualan Kuartal III Naik 0,28%

Image title
3 November 2020, 16:41
unilever, produk unilever, harga produk unilever naik, saham unilever, saham consumer, emiten barang konsumsi, kinerja unilever, penjualan unilever, laba unilever
KATADATA
Unilever - KATADATA

Pada awal tahun ini, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menaikkan harga produk-produknya hampir 2%. Langkah ini dilakukan sebelum munculnya pandemi yang merontokkan daya beli masyarakat. Hingga September lalu, perusahaan barang-barang konsumsi ini masih mempertahankan kenaikan harga. 

"Dengan adanya Covid-19, kenaikan harga 2% tersebut ternyata tetap bisa dipertahankan karena ada dua hal," kata Direktur Keuangan Unilever Indonesia Arif Hudaya dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (3/11).

Pertama, perusahaan menilai produk-produk Unilever masih dipercaya konsumen menjadi andalan, meski di tengah pandemi Covid-19. Kedua, Unilever sudah meningkatkan biaya promosi di berbagai kanal, sehingga bisa tetap kompetitif meningkatkan harga jual.

Unilever menaikkan harga produk-produknya pada Januari-Februari 2020 sebelum pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Saat itu, Unilever mempertimbangkan kesempatan dan tantangan naiknya harga bahan baku yang mungkin terjadi sepanjang tahun ini.

Dengan kenaikan harga ini, Unilever membukukan penjualan bersih Rp 32,45 triliun hingga kuartal III 2020, meningkat tipis 0,28% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 32,36 triliun. Pertumbuhan penjualan kuartal III-2020 lebih rendah dibandingkan kuartal III tahun lalu yang mencapai 2,6%.

Segmen kebutuhan rumah tangga dan perawatan tubuh, masih mendominasi penjualan Unilever, dengan porsi hingga 70%. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang diunggah melalui keterbukaan informasi, penjualan segmen ini naik 2,02% menjadi Rp 22,79 triliun.

Sementara, penjualan dari segmen lainnya yaitu makanan dan minuman Rp 9,66 triliun hingga September 2020. Penjualan segmen ini mengalami penurunan 3,54% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu senilai Rp 10,01 triliun. Menurut Arif, hal ini disebabkan oleh menurunnya sektor bisnis Unilever Food Solutions yang melayani hotel, restoran, dan kafe yang tutup selama pandemi dan PSBB.

Daya Beli Masyarakat Lesu

Saat Unilever menaikkan harga pada Februari, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan inflasi sejak bulan tersebut terus menurun hingga Mei sebesar 0,07%. Inflasi sempat naik pada Juni menjadi 0,18%, tapi kemudian turun lagi hingga deflasi sepanjang Juli sampai September.

Indeks Harga Konsumen akhirnya kembali inflasi pada Oktober sebesar 0,07%. Namun, inflasi yang terjadi tak berarti daya beli telah pulih. Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto menjelaskan, inflasi pada bulan lalu belum menunjukkan pemulihan daya beli. Hal ini lantaran inflasi inti masih menghadapi tren penurunan.

Berdasarkan data BPS, inflasi inti pada Oktober secara bulanan atau month on month tercatat sebesar 0,04%, turun dibandingkan September 0,13% dan Agustus 0,29%. Secara tahunan atau year on year, inflasi inti tercatat 1,74%, turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu 3,2%. Sementara inflasi inti tahun kalender atau year to date tercatat sebesar 1,5%.

"Biasanya inflasi inti digunakan sebagai indikator daya beli. Inflasi inti memang mengalami penurunan yang secara umum menunjukkan bahwa daya beli belum pulih," ujar Suhariyanto dalam Konferensi Pers Pengumuman Inflasi melalui streaming video, Senin (2/10).

Inflasi inti adalah kenaikan harga pada komponen barang/jasa yang cenderung menetap atau persisten di dalam pergerakannya. Inflasi ini dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, lalu lingkungan eksternal seperti nilai tukar, harga komoditi internasional, dan inflasi mitra dagang. Selain itu ada pengaruh dari ekspektasi pedagang dan konsumen.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...